Iklan google

Iklan

PROPOSAL SKRIPSI

PROPOSAL UNTUK SKRIPSI


Nama PTS       : ...........................

Jurusan            : P.IPS/ Ekonomi

ABSTRAKSI SKRIPSI

Nama               : ABDUL MUHYI
NIM.               : 09.3763
Jurusan            : P.IPS/ Ekonomi
Judul               : Penerapan Pembelajaran Collaborative Learning Model Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu dengan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya Siswa Kelas VIII.B Semester Ganjil di SMP Islam Assiddiqy Tahun Pembelajaran  2013/2014.

I.          Latar Belakang Masalah
Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya memengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa tentang materi  yang akan disampaikan. Untuk itu seyogyanya mampu menerapkan prinsip-prinsip belajar siswa dalam desain pembelajaran, yaitu ketika memilih strategi dan metode pembelajaran. Pemilihan strategi dan metode tertentu ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Upaya meningkatkan hasil belajar inilah yang menarik untuk dikaji lebih jauh.
Proses pembelajaran yang kondusif berkorelasi dengan hasil belajar yang baik, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan hasil siswa di sekolah ini. Jika hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, maka dapat diharapkan pula tercapainya kriteria ketuntasan belajar siswa. Strategi meningkatkan hasil belajar siswa sering menjadi masalah tersendiri bagi para guru karena terdapatnya beberapa faktor , baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Seorang guru harus mampu memilih metode yang tepat untuk diterapkan dalam suatu kelas untuk mentransfer materi dengan mudah dapat diserap dengan cepat dan cepat dIPS Terpaduhami siswa. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah adalah dengan menggunakan metode collaborative learning.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan pembaharuan dalam strategi pembelajaran yang mudah dipahami dan dilakukan oleh guru, agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik. Pembaharuan pendidikan tersebut tidak dapat dilakukan oleh satu komponen saja, melainkan harus ada kerjasama dengan komponen lain, sehingga dalam meningkatkan kualitas pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama antara guru, siswa, rnasyarakat, dan seluruh komponen pendidikan.
Kondisi lingkungan yang dapat menunjang terjadinya perubahan perilaku peserta didik adalah kondisi yang dapat membuat siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran. Aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tersebut ditandai dengan partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru sesuai dengan yang diungkapkan oleh Djamarah dan Bahari (2000:84) salah satu aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah setiap siswa berpartisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara. Misalnya guru memberikan tugas untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa akan terlihat secara aktif dalam menyampaikan pendapatnya. Siswa tidak hanya mengerjakan dengan melihat catatan guru atau mencontoh pekerjaan teman yang lain tetapi juga ikut memberikan sumbangan pemikiran.
Rendahnya aktivitas siswa yang berdampak pada hasil belajar merupakan permasalahan guru yang harus segera diatasi. Menurut Djamarah dan Bahri (2000 : 135 ), ada beberapa cara yang bisa dilakukan guru dalam upaya membangkitkan kebutuhan belajar diri siswa, menyediakan suasana kelas yang kondusif, menggunakan berbagai bentuk dan tehnik belajar membujuk siswa melakukan aktivitas belajar. Dalam kegiatan rutin di kelas guru harus menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan, ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Salah satunya dengan melakukan pengembangan pembelajaran yang mampu menggairahkan dan menggerakkan siswa melakukan aktivitas belajar siswa bisa bebas mengemukakan pendapat dan terbuka untuk menggali keingin tahuan.
Sesuai dasar pemikiran di atas, maka guru memerlikan adanya pemecahan masalah yang mampu membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga bisa meningkatkan Hasil belajarnya dengan melakukan pengembangan pembelajaran Collaborative Learning Model . Model pembelajaran Collaborative Learning Model  merupakan sistem pembelajaran secara berkelompok untuk menyatukan beberapa pendapat berbeda untuk menemukan tujuan yang sama dalam memecahkan masalah yang diberikan, untuk itu siswa dapat berdiskusi sehingga dapat meningkatkan Hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan Collaborative Learning Model , siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang diberikan oleh guru mata pelajaran, melainkan bisa belajar dari siswa yang lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk mengemukakan dan bertukar pikiran untuk menemukan tujuan yang sama dalam memecahakan masalah yang diberikan guru.
Dengan melihat latar belakang masalah yang telah dibahas, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan aktivitas belajar yang tinggi maka akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. Maka dari itu, akan diadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan sebuah model pembelajaran dengan judul " : Penerapan Pembelajaran Collaborative Learning Model Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu dengan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya Siswa Kelas VIII.B Semester Ganjil di SMP Islam Assiddiqy Tahun Pembelajaran  2013/2014.”
II.       Rumusan Masalah
Dengan adanya pembahasan pada latar belakang masalah penelitian, maka perlu diadakan suatu rumusan masalah untuk dijadikan suatu pembahasan lebih lanjut. Adapun rumusan masalah dalam kegiatan penelitiian ini, yaitu :
1.      Apakah pembelajaran Collaborative Learning Model dapat meningkatkan aktivitas Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu dengan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya Siswa Kelas VIII.B Semester Ganjil di SMP Islam Assiddiqy Tahun Pembelajaran  2013/2014?
2.      Apakah pembelajaran Collaborative Learning Model dapat meningkatkan hasil belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu dengan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya Siswa Kelas VIII.B Semester Ganjil di SMP Islam Assiddiqy Tahun Pembelajaran  2013/2014?
III.    Tujuan Penelitian
Dengan adanya kegiatan penelitian pasti ada sebuah tujuan yang akan dicapai oleh peneliti. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan Collaborative Learning Model pada mata pelajaran IPS Terpadu Kompetensi Dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya, siswa kelas VIII B Semester Ganjil di SMP Islam Assiddiqy Tahun Pembelajaran  2013/2014
IV.    Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh peneliti dengan menerapkan pembelajaran Collaborative Learning ada beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1.            Untuk pengajar, sebagai acuan dalam pengolahan pembelajaran menuju terciptanya kualitas pembelajaran dan sebagai sumbang pembinaan tentang bagaimana cara menerapkan model pembelajaran Collaborative Learning Model
2.            Untuk siswa, memberikan sajian pembelajaran yang menarik dan mampu membuat siswa lebih aktif dan menyenangkan dalam belajar serta meningkatkan mutu pendidikan.
3.            untuk sekolah atau lembaga pendidikan, sebagai sumbang pemikiran demi meningkatkan hasil belajar siswa.
1.      Untuk peneliti lain, sebagai dorongan dan rangsangan untuk melakukan penelitian yang sejenis sekaligus pengembangannya.
V.       Batasan Masalah
Adapun batasan masalah  dalam penelitian ini, adalah :
1.  Pembelajaran Collaborative Learning Model
     Yaitu suatu model pembelajaran yang berorientasi pada belajar bersama dalam suatu kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang atau lebih dengan setiap anggota kelompok mendapatkan tugas yang harus dipecahkan bersama dengan mengkolaborasikan semua jawaban dari setiap anggota untuk mendapatkan jawaban yang terbaik.
2.      Aktivitas belajar siswa merupakan serangkaian aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dilihat dari kegiatan memperhatikan Penjelasan guru, Mengemukakan pendapat,  dan Menulis jawaban
3.      Hasil Belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diraih siswa dari hasil belajarnya yang diperoleh melalui tes yang diberikan selama peneliti menerapkan Collaborative Learning Model pada mata pelajaran IPS Terpadu Kompetensi Dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya. hasil belajar siswa ditunjukkan melalui nilai ulangan harian siswa untuk mata pelajaran IPS Terpadu.
VI.    Kajian Pustaka dan Kerangka Konseptual
1.      Pembelajaran IPS Terpadu
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan penyederhanaan dari berbagai ilmu-ilmu sosial dengan tujuan utama adalah membentuk warga negara yang baik. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari National Council for Social Studies NCSS dalam Savage dan Armstrong (http://eprints.uny.ac.id), mendefinisikan social studies sebagai berikut:
Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the shcool program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political sciences, psycology, religion, and siciology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences.

            Dari definisi di atas, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat diartikan sebagai kajian  terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan.
Berdasar pada dua perspektif mengenai pengertian IPS di atas, maka  dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kajian ilmu-ilmu sosial secara terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dan mempunyai  tujuan agar peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai (values) sehingga dapat menjadi warga  negara yang baik berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
a)        masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global
Sedangkan Sapriya (2009: 201), menjelaskan tujuan mata pelajaran IPS sebagai berikut :
a)      Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b)      Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c)      Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d)     Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,  di tingkat lokal, nasional, dan global
Berdasarkan dari beberapa pandangan  terkait tujuan pembelajaran IPS  diatas, maka  dapat ditarik kesimpulan  bahwa dengan pembelajaran IPS diharapkan peserta didik peka terhadap masalah–masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan menjadi warga  negara yang baik dengan memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,  memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Kemudian, Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat
2.      Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan metode adalah suatu alat pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mempermudah mentransfer ilmunya kepada peserta didik sehingga peserta didik mampu menyerapnynya dengan mudah. Metode sangat berperan dalam mempermudah guru mengajar. Tetapi untuk memilih metode pembelajaran, guru harus mampu memilih metode-metode yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran yang akan diajarkan.
3.    Pembelajaran Collaborative
Metode kolaboratif dalam pembelajaran lebih menekankan pada pembangunan makna oleh siswa dari proses sosial yang bertumpu pada konteks belajar . Metode kolaboratif ini lebih jauh dan mendalam dibandingkan hanya sekedar kooperatif. Dasar metode kolaboratif adalah teori interaksional yang memandang belajr sebagai suatu proses membangun makna melalui interaksi sosial (Thabroni, 2011:306)
Collaborative learning atau pembelajaran kolaboratif adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama. Tidak seperti belajar sendirian, orang yang terlibat dalam collaborative learning memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain (meminta informasi satu sama lain, mengevaluasi ide-ide satu sama lain, memantau pekerjaan satu sama lain, dll). Lebih khusus, collaborative learning didasarkan pada model di mana pengetahuan dapat dibuat dalam suatu populasi di mana anggotanya secara aktif berinteraksi dengan berbagi pengalaman dan mengambil peran asimetri (berbeda). Dengan kata lain, collaborative learning mengacu pada lingkungan dan metodologi kegiatan peserta didik melakukan tugas umum di mana setiap individu tergantung dan bertanggung jawab satu sama lain. Hal ini juga termasuk percakapan dengan tatap muka dan diskusi dengan komputer (forum online, chat rooms, dll.) Metode untuk memeriksa proses collaborative learning meliputi analisis percakapan dan analisis wacana statistik.
4.          Aktivitas Belajar
Diendrich ( dalam Khoiriyah, 2002 : 27 ) “ dalam membuat suatu daftar yang berisi berbagai macam kegiatan siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut :
1)      Visual activities, yang termasuk didalamnya ,mialnya : membaca, memperhatikan gambar, demontrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain.
2)      Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.
3)      Listening activities, seperti mendengarkan uraian, diskusi, musik, dan pidato.
4)      Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, angket dan lain-lain.
5)      Drawing activities, menggambar grafik, peta ataupun diagram
6)      Motor activities, yang termasuk didalamnya adalah : melakukan percobaan, melakukan konstruksi, model, merearasi, bermain, berkebun dan berternak.
7)      Mental activities, misalnya mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambilkan keputusan.
8)      Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, tenaga, gugup dan lain-lain”.
Dengan beragam aktivitas dalam kutipan diatas, peneliti mengambil sebagian rangkaian aktivitas yang berhubungan dengan pembelajaran model Collaboratif Learning yang diterapkan pada siswa kelas VIII.B di SMP Islam Assiddiqy. Adapun kegiatan aktivitas yang peneliti susun berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan yaitu (1) memperhatikan pelajaran, (2) mengerjakan tugas, (3) diskusi
5.          Hasil Belajar Siswa
Belajar adalah suatu proses dimana seseorang berubah perilakunya sebagai akibat adanya pengalaman yang merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi. Menurut Sudjana (1990:22) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat diketahui melalui penilaian dan evaluasi dimana menurut Dimyati dan Mujiono (1999:70) Penilaian itu menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran yang menekankan diperolehnya informasi tentang perolehan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan dan dievaluasi yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana bahan yang dipelajari dapat dipahami siswa.
VII. Kerangka Konseptual Pembelajaran Collaborative Learning
            Model pembelajaran Collaborative learning atau pembelajaran kolaboratif adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama. Model pembelajaran collaborative adalah model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 4 fase, yaitu :
1.      fase ekplorasi pendahuluan, guru dapat mengeksplorasi dan mengklarifikasi gagasan-gagasan siswa tentang konsep-konsep yang akan dipelajari, prakonsepsi siswa pada fase ini digunakan sebagai titik tolak perencanaan program pembelajaran.
2.      fase pemusatan, guru melakukan pemusatan yang terarah pada konsep akan dipelajari siswa. guru mmemberikan konsep dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada siswa, selanjutnya respon siswa diinterprestasikan dan diklarifikasikan konsepnya apa benar atau tidak. Selanjutnya siswa mengkomunikasikan kepada teman sejawatnya melalui diskusi kelompok.
3.      fase tantangan, guru mengajak siswa mengerjakan lks dan meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap soal yang dianggap sulit kepada temannya dan membahasnya dalam kelompok.
pada tahap terakhir yaitu fase aplikasi, kegiatan guru dimulai dengan evaluasi berupa penyajian soal untuk dikerjakan dengan konsep yang mereka dapat.
VIII.        Hipotesis Tindakan
Dengan perencanaan serta pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan pembelajaran collaborative pada mata pelajaran IPS Terpadu  dengan kompetensi dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya siswa Kelas VIII.B di SMP Islam Assiddiqi yaitu : Adanya peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa sehingga mencapai KKM yang telah ditetapkan

IX.    Metode Penelitian
1.      Rancangan Penelitian
Desain Penelitian yang menggunakan Adaptasi Tipe Hopkins (Siklus Spiral):


( Prastowo, 2011:79).

Langkah-langkah dalam penelitian diawali dengan perencanaan, kemudian dilakukan tindakan. Selama tindakan berlangsung juga dilakukan observasi untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. Setelah semua data terkumpul dilakukan refleksi untuk menentukan apakah siklus ini berlanjut atau tidak. Jika siswa dalam hasil belajarnya sudah tuntas maka pembelajaran dihentikan. Peneliti akan menjelaskan satu persatu keempat langkah diatas, yaitu :
  1. Perencanaan
Perencanaan yang dilaksanakan pada tahap ini meliputi :
1.      menentukan tujuan pembelajaran;
2.      menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan collaborative Learning
3.      menyusun daftar kelompok siswa;
4.      menyusun lembar kerja;
5.      menyusun soal tes hasil belajar;
6.      membuat pedoman observasi dan wawancara.
  1. Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini dalam pelaksanaan tindakan dengan menggunakan collaborative  pada pembelajaran :
1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai;
2.      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok;
3.      Guru mengajukan masalah pembelajaran yang akan dibahas.
4.      Membimbing siswa untuk saling bekerja sama dalam kelompok.
5.      Membimbing siswa untuk mengidentifikasi permasalahan serta mengumpulkan informasi yang bersifat mendasar untuk memecahakan permsalahan yang diajukan.
6.      Mengajak siswa untuk mengembangkan imajinasi yang masuk akal untuk mendapatkan alternatif jalan keluan dari permasalahan yang  ada.
7.      Membimbing siswa untuk menuliskan hasil dari pemecahan masalah yang diselesaikan secara sistematis.
8.      Meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
9.      Memandu kegiatan presentasi dan kegiatan diskusi.
10.  Menarik kesimpulan kegiatan yang telah diselesaikan.
Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai, maka dilakukan tes tulis, dan tes setelah dilaksanakan langkah selanjutnya dilakukan wawancara terhadap siswa secara perorangan yang dipilih berdasarkan hasil tes akhir siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan collaborative.
  1. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan dengan pelaksanaan tindakan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui temuan-temuan yang didapat serta kekurangan dan kendala-kendala dari pelaksanaan tindakan. 
  1. Refleksi
Refleksi adalah upaya mengkaji dan memikirkan dampak dari suatu tindakan. Menurut Waseso (dalam lesteri, 2004:24) tahap refleksi meliputi beberapa komponen yaitu : menganalisis, mensentesis, memahami, menerangkan dan menyimpulkan hasil yang digunakan sebagai dasar pemikiran untuk tindakan selanjutnya .
2.      Subjek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII.B SMP Islam Assiddiqy semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 30 siswa. Karena responden penelitian adalah keseluruhan siswa kelas VIII.B,  maka dalam penelitian ini digunakan teknik populasi.
Lokasi penelitian adalah lokasi yang dijadikan tempat untuk dilaksanakannya penelitian. Sebagaimana dikatakan oleh Hadi (dalam Fahmi, 2006:28) bahwa daerah penelitian merupakan suatu tempat atau lokasi obyek penelitian dilakukan. Metode penentuan lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling Area, yaitu menentukan dengan sengaja daerah atau lokasi penelitian yang didasarkan pada pertimbangan tertentu. Adapun lokasi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah SMP Islam Assiddiqy
X.       Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (dalam Wahyuningsih, 2006:22) metode pengumpulan data adalah cara digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) test; (2) wawancara; (3) observasi; dan (4) dokumentasi
a.      Metode Tes
            Tes adalah pertanyaan-pertanyaan atau latihan yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi. Dalam penelitian ini jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis bentuk uraian (essay), karena tes dalam bentuk ini dapat memunculkan kreativitas siswa dalam berpikir dan menyusun jawaban sesuai dengan pendapat dan pemikiran mereka sendiri.
b.      Metode Interview/Wawancara
   Menurut Arikunto (dalam Wahyuningsih, 2006:22) menyatakan bahwa wawancara atau interview dalam sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam pelaksanaanya dibedakan tiga macam, yaitu :
a.      Wawacara bebas, dimana pewawancara bebas menyatakan apa saja tetapi juga mengikat akan data yang dikumpulkan.
b.      Wawancara terpimpin, dimana wawancara dilakukan pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam wawancara terstruktur.
c.      Wawancara bebas terpimpin, yang merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin
c.       Metode Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi sistematis dengan pedoman yang telah disiapkan sebelumnya. Untuk mempermudah mendapatkan data, peneliti akan dibantu oleh seorang observasi yang sudah mendapat kepercayaan dari peneliti dan guru pada saat pengambilan data. Pedoman yang akan digunakan pada saat observasi antara lain :
a.      Pedoman observasi, yaitu berisikan tentang peraturan atau tata tertib dalam melaksanakan observasi.
b.      Panduan pengamatan, yaitu berisikan tentang tatacara pemberian nilai, tercakup dalam kriteria atau kategori penilaian.
c.      Lembar pengamatan..
d.     Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu pengumpulan data yang diperoleh dari catatan transkip atau dokumen-dokumen yang memang sudah ada.  Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikonto (1997:188) bahwa metode dokumentasi mencari data mengenai variabel yang berupa data guru, analisis nilai dan nilai ulangan harian siswa.
XII.          Terhnik Analisis Data
Analisis data adalah merupakan cara yang paling menentukan untuk menyusun data yang terkumpul, sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif. Rafi’i (2002:23) menyatakan bahwa rumus yang digunakan dalam menganalisis ketuntasan belajar adalah : 
                    n

 P =                x 100 %
      N
Keterangan  :
P  = Persentase ketuntasan belajar siswa
n  = Jumlah siswa yang mencapai skor tes > 70 dari skor maksimal 100
N  = jumlah siswa keseluruhan
Kriteria ketutasan belajar siswa dapat dinyatakan sebagai berikut :
a.  Daya serap perorangan yaitu seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor > 70 dari skor tes maksimal 100.
b. Daya serap klasikal yaitu suatu kelas dikatakan tuntas belajar apabila minimal      100 %.

Persentase keaktifan siswa :
            N
   P =            x 100 %
                        M
 Keterangan :
P  = persentase keaktifan siswa
N =  jumlah skor yang diperoleh
M =  jumlah skor maksimal
Dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.4 : Kriteria Aktifitas
Persentase
Kategori
P > 90 %
80 % < P < 90 %
60 % < P < 80 %
50 % < P < 60 %
P < 50 %
Sangat baik
baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
    Sukardi ( 1983 : 100 )



XIII.       Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan
Bulan

Sept
Okt
Nop
Des
Jan
1
Pengajuan Judul
X




2
Matrik Penelitian
X




3
Bimbingan Bab I
X




4
Bimbingan Bab II,

X



5
Kajian Pustaka ( Bab III )

X



6
Penyusunan proposal

X



7
Pengumpulan Data


X


8
Analisis Data


X


9
Penulisan Laporan



X

10
Ujian Skripsi




X
















Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PROPOSAL SKRIPSI"

Post a Comment