MAKALAH PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN
MAKALAH PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN “SETRATEGI PENINGKATAN
TARAF HIDUP MASYARAKAT NELAYAN PANTAI PRIGI”
MAKALAH PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN
“SETRATEGI PENINGKATAN TARAF HIDUP MASYARAKAT NELAYAN
PANTAI PRIGI”
OLEH :
………….
Budidaya perikanan
……………………..
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ………………….
YOGYAKARTA
………………
KATA PENGANTAR
Hanya milik Tuhan Semesta Alam lautan ilmu, karunia dan
segala kemudahan sehingga penyusunan makalah pengantar ekonomi perikanan ini
dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan pengganti ujian akhir semester genap.
Tidak akan terhenti walau tidak akan pernah tercukupi,
ucapan terima kasih penyusun kepada dosen pengampu mata kuliah pengantar
ekonomi perikanan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah banyak membantu baik langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini
bermanfaat dan memberi tambahan pengetahuan dan wawasan bagi pembacanya.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah pengantar
ekonomi perikanan ini masih banyak kekurangan sehingga penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun.
…………..
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 4
I.2 Metode penyusunan Makalah 5
I.3 Tujuan Penulisan Makalah ...........5
BAB II. PEMBAHASAN
II.1 Masyarakat nelayan miskin dan
perekonomiaanya....................6
II.2 Faktor-faktor yang menyebabkan nelayan kecil menjadi
miskin.8
II.3 Strategi untuk meningkatkan taraf hidup nelayan
kecil..............10
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki pantai
terpajang kedua diduni setelah Kanada yaitu dengan panjang pantai 81.000 km.
Dari 67.439 desa di Indonesia, kurang lebih 9.261 desa dikategorikan sebagai
desa pesisir. Desa-desa peisisr inilah yang merupakan kantong-kantong
kemiskinan terstruktural yang potensial. Kerawanan dibidang sosial-ekonomi
dapat menjadi lahan subur bagi timbulnya kerawanan-kerawanan dibidang kehidupan
yang lain.
Sejak krisis finansial pada pertengahan 1997 angka
penganguran dan jumlah penduduk miskin terus membengkak masing-masing kini
mencapai 37 juta dan 60 juta orang. Dan diantara penduduk miskin tersebut
nelayan merupakan kelompok masyarakat yang paling menderita secara ekonomi.
Fenomena kemiskinan nelayan di negeri ini sudah
berlangsung lintas generasi dan seakan tidak pernah berhenti seiring dengan
perkembangan jaman dan gempitanya pembangunan. Sumberdaya alam yang melimpah
dinegeri ini tak dapat memberikan jaminan untuk kehidupan mereka. Kehidupan
nelayan tetap saja dalam keadaan ketertimpangan dan penindasan oleh berbagai
pihak. Nelayan seolah-olah menjadi alat utuk memperkaya diri segelintir orang
dinegeri ini. Apalagi dengan tidak adanya perlindungan dari pemerintah,
mengakibatkan nelayan semakin terpuruk tingkat kehidupannya.
Luasnya lautan di Indonesia tak dapat memberikan
kehidupan yang layak bagi nelayan. Eksploitasi yag dilakukan oleh para nelayan
tak dapat mengentaskan mereka dari keterhimpitan perekonomian. Hal inilah yang
menjadikan tugas rumah bagi pemerintah. Dimana pemerintah harus turun tangan
dan memecahkan berbagai masalah yang ada dalam kehidupan perekonomian nelayan.
1.2. Rumusan Masalah
• Apa yang dimaksud masyarakat nelayan miskin dan
ekonominya?
• Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mereka menjadi
miskin?
• Bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan taraf
hidup perekonomian nelayan kecil
1.3. Tujuan Penulisan makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah pengantar ekonomi perikanan. Selain itu juga untuk memberikan
gambaran perekonomian masyarakat nelayan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Masyarakat nelayan miskin dan perekonomiaanya
Nelayan dan komunitas desa pesisir adalah masyarakat yang
tinggal didaerah pantai atau dekat pantai dengan memanfaatkan sumberdaya alam
berupa lautan untuk memenuhi kehidupannya. Bank Dunia menetapkan bahwa garis
batas kemiskinan adalah US $ 50 perkapita pertahun untuk pedesaan dan US $ 75
perkapita per tahun untuk perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe berdasarkan tingkatannya. Pertama, Kemiskinan absolut
dapat diartikan apabila tingkat pendapatannya di bawah “garis kemiskinan”atau
sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum,antara lain
kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikanyang diperlukan
untuk bisa hidup dan bekerja. Kedua, Kemiskinan relatif yaitu kondisi dimana
pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih
rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya. Selain itu ada juga
kemiskinan struktural dimana kondisi atau situasi miskin karena pengaruh
kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga
menyebabkan ketimpangan
Nelayan pada umumnya adalah bagian dari kelompok
masyarakat miskin yang berada pada level paling bawah dan sering kali menjadi
korban pertama yang paling menderita akibat ketidakberdayaan dan kerentanannya.
Nelayan miskin adalah bagian dari komunitas masyarakat pesisir yang secara
sosial-ekonomi rentan, tidak memiliki tabungan, kurang atau tidak
berpendidikan, dan acapkali menghadapi tekanan kemiskinan yang kuat karena
berbagai keterbatasan yang dimiliki dan pengaruh faktor struktural di
sekitarnya. Nelayan miskin di Indonesia dapat digolongkan kedalam kemiskinan
struktural karena belum adanya kebijakan pembangunan yang merata ke seluru
masyarakat nelayan sehingga menyebabkan ketimpangan. Kemiskinan struktural
biasanya terjadi didalam suatu masyrakat dimana terdapat perbedaan yang tajam
antara mereka yang hidup melarat dengan mereka yang hidup dalam kemewahan dan
kaya raya. Mereka itu, walaupun merupakan mayoritas teerbesar dari masyarakat,
dalam realita tidak mempunyai apa-apa untuk mampu memperbaiki nasib
hidupnya. Sedangkan minoritas kecil masyarakat yang kaya
raya biasanya berhasi memonopoli dan mengontrol berbagai kehidupan, terutama
dari segi ekonomi dan politik. Selama golongan kecil yang kaya raya itu masih
menguasai kehidupan masyrakat, selama itu pula dipwerkirakan struktur sosial
yang berlaku akan bertambah. Akibatnya terjadilah apa yang disebut dengan
kemiskinan struktural.
Nelayan biasanya hanya memanfaatkan sumberdaya alam yang
ada dilaut, sehingga ketika sumberdaya itu berkurang akan berdampak pada
perekonomiannya. Laut merupakan sumberdaya alam yang bersifat terbatas dan
dalam pemanfaatannya harus memenuhi kriteria serta persyaratan agar tidak
habis. Selain itu dalam menggali sumberdaya dilaut nelayan harus berjibaku
melawan derasnya alam, sehingga harus
mengetahui seluk-beluk tentang lautan. Pemanfaatan
sumberdaya alam juga tergantung dengan musim, maka dari itu dalam
mengeksploitasi laut nelayan hanya dapat sebagian. Karena pada musim-musim
tertentu cuaca di laut sangat buruk sehingga tidak memungkinkan untuk
mendapatkan hasil dari tangkapan. Musim inilah yang biasa nelayan sebut sebagai
musim paceklik ikan.
Nelayan yang hanya menggantungkan hidupnya dari laut
memiliki tingkat perekonomian yang rendah. Mereka hanya mendapatkan uang dari
hasil laut, sehingga ketika nelayan tak melaut tak akan mendapatka apa-apa.
Acapkali ketika musim paceklik ikan nelayan hanya dapat beraktifitas
memperbaiki jaring. Sedangkan untuk menopang kebutuhan pokok mereka biasanya
mengandalkan utang dari para juragan ataupun rentenir. Utang ini dapat dilunasi
ketika nelayan kembali melaut dan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak.
Namun jika hasil tangkapan tak mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka tidak
dapat melunasi hutang.
Alat-alat produksi (kapal dan jaring) yang digunakan untuk
melaut biasanya mereka dapatkan dari pinjaman juragan. Sedangkan sistem
pembayarannya adalah membagi hasil tangkapan dengan juragan. Ketika semua alat
produksi dan bahan bakar yang digunakan untuk melaut adalah dari juragan maka
nelayan harus memberikan separuh dari hasil tangkapanya ke Juragan. Hal inilah
yang membuat kemiskinan secara berkelanjutan pada nelayan kecil. Sistem bagi
hasil yang tak merata ini mengakibatkan pendapatan nelayan menjadi rendah dan
ujung-ujungnya pada kemiskinan nelayan.
Gambaran nelayan miskin ini terlihat dengan jelas
didaerah pantai Prigi kabupae Trenggalek. Walaupun pantai Prigi merupakan
tempat pelelangan ikan yang cukup besar dan merupakan pelabuhan nusantara
kehidupan nelayannya jauh dikatakan sejahtera. Kehidupan mereka seperti
kebanyakan nelayan di daerah lain. Ketika musim paceklik ikan, untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari mereka tetap saja ngutang ke berbagai pihak seperti
juragan/ tengkulak maupun rentenir.
2.2. Faktor-faktor yang menyebabkan nelayan kecil menjadi
miskin
Banyak faktor yang dianggap sebagai penyebab kemiskinan
nelayan. Penyebab kemiskinan nelayan ini telah tersistem dan sulit untuk
dibenahi. Kemiskinan ini telah terjadi berpuluh-puluh tahun, namun sekarang
belum ada titik terang penyelesaiannya. Menurut Kusnadi, 2006 mengidentifikasi
sebab-sebab pokok yang menimbulkan kemiskinan nelayan, diantaranya:
a). Belum adanya kebijakan dan aplikasi pembangunan
kawasan pesisir dan
masyarakat nelayan yang terintegrasi atau terpadu di
antara para pelaku
pembangunan.
Faktor inilah yang menjadi penyebab sulitnya masyarakat
nelayan untuk berkembang. Pemerintah sebagai intitusi yang berwenang, belum
memberikan kebijakan yang berpihak pada nelayan maka apa kah mungkin nelayan
dapat berkembang dan sejahtera. Minimnya pembangnan daerah pesisir merupakan
faktor pendorong kemiskinan nelayan. Pembangunan infrastruktur yang miim juga
akan menyulitkan nelayan untuk mengakses dunia luar. Inilah yang terjadi di
daerah-daerah pesisir Indonesia. Mereka selit berkembang dan maju karena
pemerintah belum memberikan fasilitas yang memadai.
b). Menjaga konsistensi kuantitas produksi (hasil
tangkap) sehingga aktivitas sosial
ekonomi perikanan di desa-desa nelayan berlangsung terus
Menjaga konsistensi kuantitas produksi menjadi dsangat
penting karena menyangkut penghasilan nelayan setiap harinya. Jika produksi
hali tangkapan tidak kontinyu maka dapat berimbas pad penghasilan. Cuaca
beragam yang terjadi di Indonesia mengakibatkan nelayan sulit untuk mendapatkan
hasil tangkapan yang
maksimal dan kontinyu. Cuaca merupakan faktor alam, dan
untuk mengatasinya sangat sulit, maka dari itu haru dicarikan jalan keluar
untuk menggantikannya.
c). Keterbatasan modal usaha atau investasi sehingga
menyulitkan nelayan
meningkatkan kegiatan ekonomi perikanannya
Nelayan yang hanya mengandalkan moadal dari pinjaman
juragan aatupun rentenir akan menjadikan beban psikis dalam menjalani hidup.
Pinjaman modal dari pemerintah yang rendah ditambah lagi minimnya koperasi
didaerah pesisir dimanfaatkan leh para rentenir untuk memeras nelayan lewat
hutang dengan bunga yang tinggi. Hal inlah yang emndasari perekonomian mereka
rendah dan jauh dikatakan dari sejahtera. Untuk mengembalikan modal yang
dipinjamnya nelayan
harus berjibaku dengan ketidak pastian musim maupun
cuaca. Akibatnya jika tangkapan rendah mereka tidak dapat lagi melunasi
hutangnya , dan ujung-ujungnya hutangnya malah bertumpuk-tumpuk.
Fakta ini sesuai dengan keadaan nelayan kecil dipantai
prigi dimana mayoritas kehidupan mereka jauh dikatakan dari sejahtera. Sehingga
untuk menopang hidupmya dibantu oleh istri-istri mereka yang berperan sebagai
penjual ikan asap ataupun buruh tarik jaring. Tak heran jika perjuangan mereka
tak berimabas pada kehidupan yag lebih layak. Masalah yang mendasar nelayan kecil
pantai Prigi adalah sulitnya menjaga kuantitas produksi dan minimnya modal
untuk keberlanjutan usaha mereka.
Kuantitas produksi menjadi masalah yang sangat peting
dimana merupakan kebutuhan pokok agar kehidupan nelayan dapat terpenuhi.
Kuantitas produksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya cuaca,
musim,dan alat produksi. Cuaca dan musim merupakan faktor yang tidak dapat
dirubah oleh nelayan. Sehingga dalam menghadapi ini nelayan pasrah dengan
keadaan yang ada. Lain halnya dengan cuaca dan musim alat produksi adalah
faktor yang juga sangat penting. Alat produksi ini meliputi perahu dan alat
tangkap. Alat produksi ini sangat penting karena akan berpengaruh pada hasil
tangkapan. Kebanyakan nelayan kecil menggunakan perahu kecil dengan kecepatan 4
pk, maka hanya dapat menjangkau beberapa mil dari pantai. Mereka tak dapat
mengeksplotasi ikan yang berada jauh dari pantai ataupun di ZEE (zona ekonomi
eksklusif). Hasil tangkapan mereka hanya sedikit karena jangkauan perahu mereka
kecil.
2.3 Strategi untuk meningkatkan taraf hidup nelayan kecil
Permasalahan kemiskinan masyaraat nelayan sangat kompleks
dan tidak sedikit pihak yang mempunyai kepentingan atas kesengsaraan nelayan.
Berdasarkan inventarisir permasalahan di atas, ada beberapa pemikiran yang mungkin
bisa memberikan pemecahan masalah jika dilakukan secara komprehensif. Menurut
kusnadi,2006 ada Beberapa tawaran yang coba dilakukan adalah sebagai berikut:
a). Meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, dan sinergi
program pembangunan antar unit kerja di internal instansi departemen; lintas
departemen; atau antar pelaku pembangunan kawasan pesisir dan masyarakat
nelayan.
Koordinasi yang jelas antar departemen dan instansi
terkait akan memberikan jalan kemudahan dalam mengentaskan kemiskinan nelayan.
Selain itu melibaktkan
berbagi pihak seperti akademisi, LSM akan sangat membantu
. sumberdaya laut dan pesisir yang menjadi kewenagan berbagai pihak seperti
dinas kelautan maupun kehutanan harus dapat bekerja sama dalam mengembangkan
sumberdaya alam yang ada. Pembentukan regulasi yang tepat dan menguntungkan
semua pihak diharapkan akan mampu menguraangi kemiskinan.
b). Meningkatkan kualitas teknologi penangkapan dan
dukungan fasilitas lain yang memadai serta meningkatkan akses informasi nelayan
terhadap layanan peta lokasi
potensi ikan
Peningkatan kulaitas nelayan sagat penting karena
nantinya akan berdampak pada penghasilan mereka. Kualitas teknologi penagkapan
yang baik serta didukung alat produksi yang memadai nantinya diharapkan akan
meningkatkan produksi penagkapan. Penigkatan kualitas penagkapan dan fasilitas
ini bisa dilakukan oleh pemerintah dengan mengucurkan bantuan seperti pengadaan
perahu, jaring, dll. Selain itu diberikan penyuluhan tentang penagkapan yang
baik dan ramah lingkungan, tujuannya agar nantinya semberdaya alam yang ada
dapat dimanfaatkan denagn baik tanpa merusak lingkungan. Pengawasan dari
pemerintah juga diperlukan untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan,
seperti penagkapan dengan alat yang berbahaya dan mereusak lingkungan.
c). Mengembangkan fungsi lembaga keuangan mikro dan
koperasi yang memihak nelayan dan Membangun usaha bersama, seperti melalui
pemilikan sarana-sarana penangkapan secara kolektif.
Pengembangan lembaga mikro ini menjadi kewajiban karena
merupakan faktor yang sangat penting untuk mengentaskan kemiskinan nelayan. Hal
ini berguna untuk memberikan modal pada nelayan jika nantinya terjadi musim
paceklik ikan. Ketika musim paceklik ikan tiba mereka biasanya berhutang kepada
rentenir dengan bunga yang tinggi. Dengan diaktifkannya koperasi diharapkan
akan mengurangi beban nalayan. Karena sistem koperasi ini memberikan pinjaman
dengan bunga yang relatif rendah. Pembangunan usaha bersama pada kolompok
nelayan diharapakan mampu meningkatkan kehidupan mereka. Usaha bersama ini
meliputi kepemilikan sarana-sarana penangkapan. Dengan kepemilikan bersama akan
mengurangi biaya produksi nelayan.
Sektor perikanan memegang peranan penting dalam
perekonomian nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja (padat karya),
sumber pendapatan bagi nelayan, sumber protein hewani dan sumber devisa bagi
negara. Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan
pemanfaatan produksi hasil tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk
bernilai tambah, baik olahan tradisional maupun modern. Strategi inilah yang
dapat digunakan untuk meningkatkat taraf hidup nelayan kecil di Pantai Prigi.
Realisasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelatian dan
pengembangan usaha perikan. Pengembangan ini meliputi pengolahan hasil perikanan
maupun usaha lain. Pengolahan hasil perikanan yang baik akan mampu meningkatkan
kualitas dan nantinya berimbas pada peningkatan penghasilan. Pemerintah dapat
membantu dengan membentuk usaha pengolahan ikan di daerah pesisir dan
mengucurkan dana untuk modal. Selain pemerintah para akademisi juga bisa ikut
serta untuk membantu memberikan pelatihan. Kerjasama antara pemerintah dan
akademisi ini nantinya akan sangat membantu nelayan untuk meningkatkan
penghasilan. Selain itu ketika musim paceklik ikan mereka tidak hanya menunggu
musim berganti dan memperbaiki jaring, namun tetap dapat bekerja dan
mendapatkan penghasilan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kemiskinan nelayan bersifat struktural dan sulit untuk di
entaskan. Namun semua masalah pasti ada jalan keluar. Dengan kerja keras semua
element akan diharapkan mampu merubah kehidupan dan perekonomian nelayan kecil.
Kerjasama yang bagus antar element seperti nelayan, pemerintah, LSM dan
akademisi diharapkan akan memberikan titik terang untuk perekonomian nelayan
kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Masalah dan Kebijakan Peningkatan Produk
Periakan untuk Pemenuhan Gizi Masyarakat. Disampaikan pada seminar Nasional
Hasil Pangan Sedunia oleh Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
PerikananDepartemen Kelautan dan Perikanan
Basri Hasanudin,1985. “Beberapa Hal Mengenai Strukktur
Ekonomi Masyarakat Pantai”, dalam A.S. Achmad dan S.S.Acip (ed.) Komuikasi dan
Pembangunan. Sinar Harapan. Jakarta
Dahuri, R, 2005. Revitalisasi Koperasi Perikanan. Th XX,
No 26
Kusnadi, 2002. Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan
Perebutan Sumberdaya Pesisir. LkiS . Yogyakarta
Kusnadi, 2006. Perempuan Pesisir. LkiS. Yogyakarta
Republika, 22 Juni 1993 dan Zurkamain Sumbing,
“Pengembangan Wilayah Pantai Terpadu dalam Rangka Pembangunan Daerah”, dalam
Prosiding V Ekosistem Mangrove, Jakarta. Panitia Program MAB LIPI,1995
Sudarso, 2007.” Tekanan Kemiskinan Struktural Nelayan
Tradisional di Perkotaan” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. Th XX, No 2.
Universitas Airlangga . Surabaya
0 Response to "MAKALAH PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN"
Post a Comment