ABSTRAK LUAR UNTUK SKRIPSI
Nama PTS : ,.................
Jurusan : P.IPS/ Ekonomi
ABSTRAKSI
SKRIPSI
Nama : ABDUL MUHYI
NIM. : 09.3763
Jurusan : P.IPS/ Ekonomi
Judul
: Penerapan
Model Pembelajaran Collaborative Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu dengan Kompetensi Dasar Menguraikan proses terbentuknya kesadaran
nasional, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia Siswa Kelas VIII.B Semester Ganjil di SMP Islam Assiddiqy Tahun Pembelajaran 2013/2014.
I.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya
memengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa
pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa tentang materi yang akan disampaikan. Untuk itu seyogyanya
mampu menerapkan prinsip-prinsip belajar siswa dalam desain pembelajaran, yaitu
ketika memilih strategi dan metode pembelajaran. Pemilihan strategi dan metode
tertentu ini akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Upaya meningkatkan
hasil belajar inilah yang menarik untuk dikaji lebih jauh.
Proses pembelajaran yang kondusif
berkorelasi dengan hasil belajar yang baik, sehingga berbagai upaya dilakukan
untuk meningkatkan hasil siswa di sekolah ini. Jika hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan, maka dapat diharapkan pula tercapainya kriteria ketuntasan
belajar siswa. Strategi meningkatkan hasil belajar siswa sering menjadi masalah
tersendiri bagi para guru karena terdapatnya beberapa faktor , baik internal
maupun eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Seorang guru harus
mampu memilih metode yang tepat untuk diterapkan dalam suatu kelas untuk
mentransfer materi dengan mudah dapat diserap dengan cepat dan cepat dIPS
Terpaduhami siswa. Salah satu metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa di sekolah adalah dengan menggunakan metode collaborative learning.
Untuk
meningkatkan mutu pendidikan diperlukan pembaharuan dalam strategi pembelajaran
yang mudah dipahami dan dilakukan oleh guru,
agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dengan harapan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam peningkatan prestasi belajar
peserta didik. Pembaharuan pendidikan tersebut tidak dapat dilakukan oleh satu komponen
saja, melainkan harus ada kerjasama dengan komponen lain, sehingga dalam meningkatkan
kualitas pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama antara guru, siswa,
rnasyarakat, dan seluruh komponen pendidikan.
Kondisi lingkungan yang dapat menunjang terjadinya
perubahan perilaku peserta didik adalah kondisi yang dapat membuat siswa aktif
dalam mengikuti pembelajaran. Aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
tersebut ditandai dengan partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas yang
diberikan guru sesuai dengan yang diungkapkan oleh Djamarah dan Bahari (2000:84)
salah satu aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah setiap siswa berpartisipasi dalam
melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara. Misalnya guru memberikan
tugas untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa akan terlihat secara aktif dalam
menyampaikan pendapatnya. Siswa tidak hanya mengerjakan dengan melihat catatan
guru atau mencontoh pekerjaan teman yang lain tetapi juga ikut memberikan
sumbangan pemikiran.
Rendahnya aktivitas siswa yang berdampak pada hasil
belajar merupakan permasalahan guru yang harus segera diatasi. Menurut Djamarah
dan Bahri (2000 : 135 ), ada beberapa cara yang bisa dilakukan guru dalam upaya
membangkitkan kebutuhan belajar diri siswa, menyediakan suasana kelas yang
kondusif, menggunakan berbagai bentuk dan tehnik belajar membujuk siswa
melakukan aktivitas belajar. Dalam kegiatan rutin di kelas guru harus
menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan, ia harus selalu memberikan
kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan.
Salah satunya dengan melakukan pengembangan pembelajaran yang mampu
menggairahkan dan menggerakkan siswa melakukan aktivitas belajar siswa bisa
bebas mengemukakan pendapat dan terbuka untuk menggali keingin tahuan.
Sesuai dasar pemikiran di atas, maka guru memerlikan
adanya pemecahan masalah yang mampu membangkitkan aktivitas siswa dalam belajar
sehingga bisa meningkatkan Hasil belajarnya dengan melakukan pengembangan
pembelajaran Collaborative Learning Model
. Model pembelajaran Collaborative Learning Model merupakan sistem pembelajaran secara
berkelompok untuk menyatukan beberapa pendapat berbeda untuk menemukan tujuan
yang sama dalam memecahkan masalah yang diberikan, untuk itu siswa dapat
berdiskusi sehingga dapat meningkatkan Hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan Collaborative Learning Model , siswa bukan hanya belajar dan menerima
apa yang diberikan oleh guru mata pelajaran, melainkan bisa belajar dari siswa
yang lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk mengemukakan dan bertukar
pikiran untuk menemukan tujuan yang sama dalam memecahakan masalah yang
diberikan guru.
Dengan melihat latar belakang
masalah yang telah dibahas, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa
sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan aktivitas belajar
yang tinggi maka akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa. Maka
dari itu, akan diadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan sebuah
model pembelajaran dengan judul " : Penerapan
Pembelajaran Collaborative Learning Model Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu dengan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan
dan upaya penanggulangannya Siswa Kelas VIII.B Semester
Ganjil di SMP
Islam Assiddiqy Tahun Pembelajaran 2013/2014.”
II.
Rumusan Masalah
Dengan adanya
pembahasan pada latar belakang masalah penelitian, maka perlu diadakan suatu
rumusan masalah untuk dijadikan suatu pembahasan lebih lanjut. Adapun rumusan
masalah dalam kegiatan penelitiian ini, yaitu :
1.
Apakah pembelajaran Collaborative Learning Model dapat
meningkatkan aktivitas Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu dengan Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi permasalahan
kependudukan dan upaya penanggulangannya Siswa Kelas
VIII.B Semester Ganjil di SMP Islam Assiddiqy Tahun Pembelajaran
2013/2014?
2.
Apakah pembelajaran Collaborative Learning Model dapat
meningkatkan hasil belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu dengan Kompetensi
Dasar Mengidentifikasi
permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya
Siswa Kelas VIII.B Semester Ganjil di SMP Islam Assiddiqy Tahun Pembelajaran
2013/2014?
III. Tujuan Penelitian
Dengan adanya
kegiatan penelitian pasti ada sebuah tujuan yang akan dicapai oleh peneliti.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan Collaborative Learning Model pada
mata pelajaran IPS Terpadu Kompetensi Dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya
penanggulangannya, siswa kelas VIII B Semester Ganjil di SMP Islam Assiddiqy Tahun Pembelajaran 2013/2014
IV. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan oleh peneliti dengan menerapkan pembelajaran Collaborative Learning ada beberapa manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah :
1.
Untuk pengajar, sebagai acuan
dalam pengolahan pembelajaran menuju terciptanya kualitas pembelajaran dan
sebagai sumbang pembinaan tentang bagaimana cara menerapkan model pembelajaran Collaborative Learning Model
2.
Untuk siswa, memberikan sajian
pembelajaran yang menarik dan mampu membuat siswa lebih aktif dan menyenangkan
dalam belajar serta meningkatkan mutu pendidikan.
3.
Untuk sekolah atau lembaga
pendidikan, sebagai sumbang pemikiran demi meningkatkan hasil belajar siswa.
4.
Untuk peneliti lain, sebagai
dorongan dan rangsangan untuk melakukan penelitian yang sejenis sekaligus
pengembangannya.
V.
Batasan Masalah
Adapun batasan
masalah dalam penelitian ini, adalah :
1. Pembelajaran Collaborative Learning Model
Yaitu suatu model pembelajaran yang berorientasi pada belajar bersama
dalam suatu kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang atau lebih dengan setiap
anggota kelompok mendapatkan tugas yang harus dipecahkan bersama dengan
mengkolaborasikan semua jawaban dari setiap anggota untuk mendapatkan jawaban
yang terbaik.
2.
Aktivitas belajar siswa merupakan serangkaian aktivitas siswa dalam
pembelajaran yang dilihat dari kegiatan memperhatikan Penjelasan guru,
Mengemukakan pendapat, dan Menulis
jawaban
3.
Hasil Belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar
yang diraih siswa dari hasil belajarnya yang diperoleh melalui tes yang
diberikan selama peneliti menerapkan Collaborative
Learning Model pada mata pelajaran IPS Terpadu Kompetensi
Dasar Mengidentifikasi permasalahan
kependudukan dan upaya penanggulangannya. hasil belajar
siswa ditunjukkan melalui nilai ulangan harian siswa untuk mata pelajaran IPS
Terpadu.
VI. Kajian Pustaka dan
Kerangka Konseptual
1. Pembelajaran IPS Terpadu
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan penyederhanaan dari berbagai ilmu-ilmu sosial dengan tujuan
utama adalah membentuk warga negara yang baik. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan dari National Council for Social Studies NCSS dalam Savage dan
Armstrong (http://eprints.uny.ac.id), mendefinisikan social studies sebagai
berikut:
Social
studies is the integrated study of the social sciences and humanities to
promote civic competence. Within the shcool program, social studies provides
coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology,
archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political sciences,
psycology, religion, and siciology, as well as appropriate content from the
humanities, mathematics, and natural sciences.
Dari
definisi di atas, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat diartikan sebagai
kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan
untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan.
Berdasar pada dua perspektif mengenai pengertian
IPS di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kajian ilmu-ilmu sosial secara terpadu
yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dan mempunyai tujuan agar peserta didik dapat mengamalkan
nilai-nilai (values) sehingga dapat menjadi warga negara yang baik berdasarkan pengalaman masa
lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan
datang.
a)
masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global
Sedangkan Sapriya (2009: 201), menjelaskan tujuan
mata pelajaran IPS sebagai berikut :
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
di tingkat lokal, nasional, dan global
Berdasarkan dari beberapa
pandangan terkait tujuan pembelajaran
IPS diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan pembelajaran IPS diharapkan
peserta didik peka terhadap masalah–masalah sosial yang terjadi di masyarakat
dan menjadi warga negara yang baik
dengan memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial. Kemudian, Memiliki kesadaran dan
kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap
nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat
2.
Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos’’ yang
berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka,
metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Sedangkan Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran
adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan M. Sobri
Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan
materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran
pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan metode
adalah suatu alat pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mempermudah
mentransfer ilmunya kepada peserta didik sehingga peserta didik mampu
menyerapnynya dengan mudah. Metode sangat berperan dalam mempermudah guru
mengajar. Tetapi untuk memilih metode pembelajaran, guru harus mampu memilih
metode-metode yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran yang akan
diajarkan.
3.
Pembelajaran Collaborative
Metode kolaboratif dalam pembelajaran
lebih menekankan pada pembangunan makna oleh siswa dari proses sosial yang
bertumpu pada konteks belajar . Metode kolaboratif ini lebih jauh dan mendalam
dibandingkan hanya sekedar kooperatif. Dasar metode kolaboratif adalah teori
interaksional yang memandang belajr sebagai suatu proses membangun makna melalui
interaksi sosial (Thabroni, 2011:306)
Collaborative learning atau pembelajaran kolaboratif adalah
situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar atau berusaha untuk
belajar sesuatu secara bersama-sama. Tidak seperti belajar sendirian, orang
yang terlibat dalam collaborative learning memanfaatkan sumber daya dan
keterampilan satu sama lain (meminta informasi satu sama lain, mengevaluasi
ide-ide satu sama lain, memantau pekerjaan satu sama lain, dll). Lebih khusus,
collaborative learning didasarkan pada model di mana pengetahuan dapat dibuat
dalam suatu populasi di mana anggotanya secara aktif berinteraksi dengan
berbagi pengalaman dan mengambil peran asimetri (berbeda). Dengan kata lain,
collaborative learning mengacu pada lingkungan dan metodologi kegiatan peserta
didik melakukan tugas umum di mana setiap individu tergantung dan bertanggung
jawab satu sama lain. Hal ini juga termasuk percakapan dengan tatap muka dan
diskusi dengan komputer (forum online, chat rooms, dll.) Metode untuk memeriksa
proses collaborative learning meliputi analisis percakapan dan analisis wacana
statistik.
4.
Aktivitas Belajar
Diendrich ( dalam Khoiriyah,
2002 : 27 ) “ dalam membuat suatu daftar yang berisi berbagai macam kegiatan
siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut :
1)
Visual activities, yang
termasuk didalamnya ,mialnya : membaca, memperhatikan gambar, demontrasi,
percobaan dan pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti menyatakan,
merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi dan interupsi.
3) Listening activities, seperti mendengarkan
uraian, diskusi, musik, dan pidato.
4)
Writing activities, seperti
menulis cerita, karangan, angket dan lain-lain.
5)
Drawing activities, menggambar
grafik, peta ataupun diagram
6)
Motor activities, yang termasuk
didalamnya adalah : melakukan percobaan, melakukan konstruksi, model,
merearasi, bermain, berkebun dan berternak.
7)
Mental activities, misalnya
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambilkan
keputusan.
8) Emotional activities, misalnya menaruh
minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, tenaga, gugup dan lain-lain”.
Dengan beragam aktivitas dalam kutipan diatas, peneliti
mengambil sebagian rangkaian aktivitas yang berhubungan dengan pembelajaran
model Collaboratif Learning yang
diterapkan pada siswa kelas VIII.B di SMP Islam Assiddiqy. Adapun kegiatan
aktivitas yang peneliti susun berdasarkan model pembelajaran yang diterapkan
yaitu (1) memperhatikan pelajaran,
(2) mengerjakan tugas, (3) diskusi
5.
Hasil Belajar Siswa
Belajar adalah suatu proses dimana seseorang berubah
perilakunya sebagai akibat adanya pengalaman yang merupakan aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi. Menurut Sudjana (1990:22)
mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat diketahui melalui penilaian
dan evaluasi dimana menurut Dimyati dan Mujiono (1999:70) Penilaian itu
menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran yang menekankan
diperolehnya informasi tentang perolehan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan dan dievaluasi yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana bahan yang dipelajari dapat dipahami siswa.
VII.
Kerangka Konseptual Pembelajaran Collaborative Learning
Model pembelajaran Collaborative
learning atau pembelajaran
kolaboratif adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar
atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama. Model pembelajaran
collaborative adalah model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang terdiri
dari 4 fase, yaitu :
1.
fase ekplorasi pendahuluan, guru dapat
mengeksplorasi dan mengklarifikasi gagasan-gagasan siswa tentang konsep-konsep
yang akan dipelajari, prakonsepsi siswa pada fase ini digunakan sebagai titik
tolak perencanaan program pembelajaran.
2.
fase pemusatan, guru melakukan pemusatan
yang terarah pada konsep akan dipelajari siswa. guru mmemberikan konsep dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada siswa, selanjutnya respon siswa
diinterprestasikan dan diklarifikasikan konsepnya apa benar atau tidak.
Selanjutnya siswa mengkomunikasikan kepada teman sejawatnya melalui diskusi
kelompok.
3.
fase tantangan, guru mengajak siswa
mengerjakan lks dan meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terhadap soal yang dianggap sulit kepada temannya dan membahasnya dalam
kelompok.
pada tahap
terakhir yaitu fase aplikasi, kegiatan guru dimulai
dengan evaluasi berupa penyajian soal untuk dikerjakan dengan konsep yang
mereka dapat.
VIII.
Hipotesis Tindakan
Dengan perencanaan
serta pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan pembelajaran collaborative pada mata pelajaran IPS Terpadu dengan kompetensi dasar Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan
upaya penanggulangannya siswa Kelas
VIII.B di SMP Islam Assiddiqi yaitu : Adanya
peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa sehingga mencapai KKM yang telah
ditetapkan
IX.
Metode Penelitian
1.
Rancangan Penelitian
Desain Penelitian yang menggunakan Adaptasi Tipe Hopkins (Siklus Spiral):
( Prastowo, 2011:79).
Langkah-langkah dalam penelitian diawali dengan
perencanaan, kemudian dilakukan tindakan. Selama tindakan berlangsung juga
dilakukan observasi untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. Setelah semua
data terkumpul dilakukan refleksi untuk menentukan apakah siklus ini berlanjut
atau tidak. Jika siswa dalam hasil belajarnya sudah tuntas maka pembelajaran
dihentikan. Peneliti akan menjelaskan satu persatu keempat langkah diatas,
yaitu :
- Perencanaan
Perencanaan yang dilaksanakan pada tahap ini meliputi :
1.
menentukan tujuan pembelajaran;
2.
menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan collaborative
Learning
3.
menyusun daftar kelompok siswa;
4.
menyusun lembar kerja;
5.
menyusun soal tes hasil
belajar;
6.
membuat pedoman observasi dan
wawancara.
- Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada
tahap ini dalam pelaksanaan tindakan dengan menggunakan collaborative pada
pembelajaran :
1.
Guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai;
2.
Siswa dibagi dalam beberapa
kelompok;
3.
Guru mengajukan masalah
pembelajaran yang akan dibahas.
4.
Membimbing siswa untuk saling
bekerja sama dalam kelompok.
5.
Membimbing siswa untuk
mengidentifikasi permasalahan serta mengumpulkan informasi yang bersifat
mendasar untuk memecahakan permsalahan yang diajukan.
6.
Mengajak siswa untuk
mengembangkan imajinasi yang masuk akal untuk mendapatkan alternatif jalan
keluan dari permasalahan yang ada.
7.
Membimbing siswa untuk
menuliskan hasil dari pemecahan masalah yang diselesaikan secara sistematis.
8.
Meminta salah satu kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
9.
Memandu kegiatan presentasi dan
kegiatan diskusi.
10.
Menarik kesimpulan kegiatan
yang telah diselesaikan.
Setelah pelaksanaan pembelajaran
selesai, maka dilakukan tes tulis, dan tes setelah dilaksanakan langkah
selanjutnya dilakukan wawancara terhadap siswa secara perorangan yang dipilih
berdasarkan hasil tes akhir siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
penerapan collaborative.
- Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan dengan pelaksanaan
tindakan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui temuan-temuan yang didapat
serta kekurangan dan kendala-kendala dari pelaksanaan tindakan.
- Refleksi
Refleksi adalah upaya mengkaji dan memikirkan dampak
dari suatu tindakan. Menurut Waseso (dalam lesteri, 2004:24) tahap refleksi
meliputi beberapa komponen yaitu : menganalisis, mensentesis, memahami,
menerangkan dan menyimpulkan hasil yang digunakan sebagai dasar pemikiran untuk
tindakan selanjutnya .
X.
Subjek dan Lokasi Penelitian
Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII.B SMP Islam Assiddiqy semester ganjil tahun pelajaran
2013/2014 dengan jumlah 30 siswa.
Karena responden penelitian adalah keseluruhan siswa kelas VIII.B, maka dalam penelitian ini digunakan teknik
populasi.
Lokasi penelitian adalah lokasi yang dijadikan tempat
untuk dilaksanakannya penelitian. Sebagaimana dikatakan oleh Hadi (dalam Fahmi,
2006:28) bahwa daerah penelitian merupakan suatu tempat atau lokasi obyek
penelitian dilakukan. Metode penentuan lokasi penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Purposive Sampling Area,
yaitu menentukan dengan sengaja daerah atau lokasi penelitian yang didasarkan
pada pertimbangan tertentu. Adapun lokasi yang ditentukan dalam penelitian ini
adalah SMP Islam Assiddiqy
XI. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (dalam Wahyuningsih, 2006:22) metode
pengumpulan data adalah cara digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) test; (2) wawancara;
(3) observasi; dan (4) dokumentasi
a.
Metode Tes
Tes adalah
pertanyaan-pertanyaan atau latihan yang diberikan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam memahami dan menguasai materi. Dalam penelitian ini jenis tes yang
digunakan adalah tes tertulis bentuk uraian (essay), karena tes dalam bentuk
ini dapat memunculkan kreativitas siswa dalam berpikir dan menyusun jawaban
sesuai dengan pendapat dan pemikiran mereka sendiri.
b.
Metode Interview/Wawancara
Menurut Arikunto
(dalam Wahyuningsih, 2006:22) menyatakan bahwa wawancara atau interview dalam
sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Dalam pelaksanaanya dibedakan tiga macam, yaitu :
a.
Wawacara bebas, dimana
pewawancara bebas menyatakan apa saja tetapi juga mengikat akan data yang
dikumpulkan.
b.
Wawancara terpimpin, dimana
wawancara dilakukan pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci seperti yang dimaksud dalam wawancara terstruktur.
c.
Wawancara bebas terpimpin, yang
merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin
c.
Metode Observasi
Observasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara observasi sistematis dengan pedoman yang telah disiapkan
sebelumnya. Untuk mempermudah mendapatkan data, peneliti akan dibantu oleh
seorang observasi yang sudah mendapat kepercayaan dari peneliti dan guru pada saat
pengambilan data. Pedoman yang akan digunakan pada saat observasi antara lain :
a.
Pedoman observasi, yaitu
berisikan tentang peraturan atau tata tertib dalam melaksanakan observasi.
b.
Panduan pengamatan, yaitu
berisikan tentang tatacara pemberian nilai, tercakup dalam kriteria atau
kategori penilaian.
c.
Lembar pengamatan..
d. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu pengumpulan data yang
diperoleh dari catatan transkip atau dokumen-dokumen yang memang sudah
ada. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suharsimi Arikonto (1997:188) bahwa metode dokumentasi mencari data mengenai
variabel yang berupa data guru, analisis nilai dan nilai ulangan harian siswa.
XII.
Terhnik Analisis Data
Analisis data adalah merupakan cara yang paling
menentukan untuk menyusun data yang terkumpul, sehingga dapat menghasilkan
suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Analisis data
yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif. Rafi’i (2002:23) menyatakan bahwa rumus
yang digunakan dalam menganalisis ketuntasan belajar adalah :
n
P = x 100 %
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan belajar siswa
n = Jumlah siswa yang mencapai skor tes >
70 dari skor maksimal 100
N = jumlah siswa
keseluruhan
Kriteria ketutasan belajar
siswa dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Daya serap perorangan yaitu seorang siswa
dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor > 70 dari skor
tes maksimal 100.
b. Daya serap klasikal yaitu suatu kelas dikatakan tuntas belajar apabila minimal 100 %.
Persentase keaktifan siswa :
N
P = x 100 %
M
Keterangan :
P = persentase keaktifan siswa
N = jumlah skor yang diperoleh
M = jumlah skor maksimal
Dengan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.4 : Kriteria Aktifitas
Persentase
|
Kategori
|
P > 90 %
80 % < P < 90 %
60 % < P < 80 %
50 % < P < 60 %
P < 50 %
|
Sangat baik
baik
Cukup baik
Kurang baik
Tidak baik
|
Sukardi ( 1983 : 100 )
XIII.
Jadwal Penelitian
No.
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||
Sept
|
Okt
|
Nop
|
Des
|
Jan
|
|||
1
|
Pengajuan
Judul
|
X
|
|
|
|
|
|
2
|
Matrik
Penelitian
|
X
|
|
|
|
|
|
3
|
Bimbingan Bab
I
|
X
|
|
|
|
|
|
4
|
Bimbingan Bab
II,
|
|
X
|
|
|
|
|
5
|
Kajian Pustaka
( Bab III )
|
|
X
|
|
|
|
|
6
|
Penyusunan
proposal
|
|
X
|
|
|
|
|
7
|
Pengumpulan
Data
|
|
|
X
|
|
|
|
8
|
Analisis Data
|
|
|
X
|
|
|
|
9
|
Penulisan
Laporan
|
|
|
|
X
|
|
|
10
|
Ujian Skripsi
|
|
|
|
|
X
|
|
X.
Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada tanggal 1 Nopember s/d 30 Nopember 2013 dengan
waktu yang akan diatur dan disesuaikan dengan jam efektif SMP Islam Assiddiqy.
XI.
Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian yang akan diteliti adalah SMP Islam Assiddiqy.
XII.
Obyek Penelitian
Yang
menjadi obyek penelitian yanga kan diteliti adalah kelas VIII.B semester ganjil
tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Islam Assiddiqy.
XIII.
Pokok-Pokok
Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (classroom
action reseach). Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini maka akan dibahas
mengenai persentase ketuntasan hasil belajar yang siswa setelah kegiatan
pembelajaran. Ketuntasan hasil belajar secara klasikal yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah jika terdapat minimal 85 % siswa dalam satu kelas yang
mencapai skor > 70 dari skor maksimal 100 maka akan dikatakan tuntas dalam
kegiatan pembelajarannya.
Dari pengamatan dan penilaian yang dilakukan oleh guru
(peneliti) terhadap pembelajaran collaborative learning dapat meningkatkan
keterlibatkan dan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan
pembelajaran yang diterapkan menempatkan siswa sebagai subyek belajar bukan
sebagai obyek, pembelajaran terpusat pada siswa bukan terpusat pada guru dan sesuai
dengan tujuan belajar konstruktivisme yang menuntut siswa dapat berperan aktif
dalam pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran yang berlangsung terpusat
pada siswa.
Hasil observasi pra siklus menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa di kelas VIII.B mata pelajaran IPS tergolong rendah dan tidak dapat dikatakatan tuntas dalam belajar,
meskipun guru sudah membentuk beberapa kelompok belajar, namun hasil belajar
siswa masih rendah. Hal ini, dikarenakan pembentukan anggota kelompok yang
tidak merata dan tugas yang diberikan pada semua kelompok sama, sehingga siswa
cenderung malas dalam mengerjakan tugas yag diberikan oleh guru dan kebanyakan
siswa mencontek pekerjaan kawannya, sehingga siswa tidak benar-benar mengerti
materi yang dipelajarinya.
Setelah dilakukan observasi awal, kemudian dilanjutkan
dengan pelaksanaan siklus I yang diikuti oleh 30 siswa. Pada saat pelaksanaan
pebelajaran yang peneliti terapkan siswa masih merasa bingung karena tidak
terbiasa dengan pembelajaran tersebut. Namun peneliti segera tanggap akan
situasi kelas tersebut, akhirnya peneliti menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran collaborative learning pada siswa. Setelah siswa sudah memahami
langkah-langkahnya, siswa pada siklus I masih terkesan malu-malu untuk
berdiskusi dengan teman kelompoknya karena itu guru membimbing siswa dalam
mengemukakan pendapatnya dalam kegiatan diskusi.
Dalam kegiatan belajar, siswa mempunyai pandangan
jawaban tentang masalah yang dihadapi, dengan hal tersebut dapat dilihat bahwa
hasil belajar siswa setalah pembelajaran pada siklus I sudah mengalami
peningkatan yang lebih baik daripada sebelum tindakan, namun belum mencapai
kriteria ketuntasan belajar. Hal ini disebabkan siswa masih belum benar-benar
memahami materi, dan siswa tidak mau bertanya apabila masih belum mengerti
materi yang sedang dipelajarinya. Dari 30 siswa masih ada 7 siswa yang masih
belum mencapai ketuntasan individu. Sedangkan 23 siswa sudah tuntas secara
individu, sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal sebasar 77 %.
Kendala yang dihadapi oleh siswa dalam penerapan metode
ini adalah siswa masih bingung dalam memahami materi pembelajaran karena siswa
belum pernah menerapkan pembelajaran collaborative learning di dalam kegiatan
belajar di dalam kelas, sehingga pada saat diberi tugas oleh guru masih bingung
apa yang harus dilakukan. Adapun langkah-langkah yang dapat diambil untuk
mengatasi kendala-kendala pada siklus I ini yang nantinya diterapkan pada
siklus II adalah guru memberikan penjelasan materi ajar yang terperinci, selain
itu guru juga harus memperhatikan alokasi waktu, sehingga siswa tidak
tergesa-gesa dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Pelaksanaan pembelajaran siklus II ini diikuti oleh 30
siswa dan tetap menerapkan pembelajaran collaborative learning. Dalam
pembelajaran siklus II siswa sudah memahami langkah-langkah pembelajaran
collaborative learning hal ini tampak
pada proses belajar dalam kelas, dengan dibantu bimbingan guru aktivitas siswa
dalam pembelajaran merasa menyenangkan dan kondisi kelas lebih kondusif dari
sebelumnya. Dengan berakhirnya pembelajaran di siklus II, peneliti mengadakan
tes ulangan harian siswa untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa
secara klasikal dengan menggunakan pembelajaran collaborative learning. Setelah
peneliti menganalisa nilai ulangan harian siswa siklus II diperoleh bahwa siswa
kelas VIII.B
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan persentase ketuntasan 85 %. Meningkatnya hasil
belajar siswa tersebut didukung oleh guru tentang bimbingan dalam pemahaman
materi dan langkah-langkah belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
collaborative learning pada mata pelajaran
IPS.
Selain untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
materi, pembelajaran collaborative learning ini juga dapat menumbuhkan
kemampuan siswa dalam berinteraksi dan bekerjasama dengan temannya dalam
kelompok. Disamping itu pembelajaran ini dapat memotivasi siswa dan menjadikan
siswa aktif dan kreatif dalam belajar, karena mereka dapat lebih leluasa
mengeluarkan pendapat dengan pengetahuan yang dia kuasai serta lebih berani
bertanya, baik pada kawannya yang lebih mampu maupun pada guru tentang sesuatu
yang tidak dimengertinya.
Hasil wawancara yang dilakukan pada saat menunjukkan
bahwa siswa senang dan bersemangat dengan pembelajaran collaborative learning :
(1) siswa merasa benar-benar belajar di kelas .(2) siswa didorong untuk
mempersiapkan diri terlebih dahulu dalam pelajaran.(3) siswa merasa ditantang
untuk aktif mengeluar pendapat dalam diskusi kelompoknya.(4) siswa lebih
mengerti dan memahami bagaimana sebenarnya materi pelajaran yang
dipelajarinya.(5) siswa merasa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan oleh guru.(6) pemahaman siswa menjadi lebih mantap bila dibandingkan
sebelumnya.
Wawancara yang dilakukan terhadap guru bidang studi
tentang metode yang diterapkan, diketahui bahwa penerapan metode tersebut dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menjadikannya aktif dalam
pembelajaran, sehingga konsep atau ingatan siswa dalam berfikir dapat
meningkat. Hal ini disebabkan karena ingatan siswa dirangsang untuk berfikir
mengenai topik atau permasalahan yang sedang dibahas, maka hal itu dapat
mengoptimalkan pencapaian indikator pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran collaborative
learning pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa di
kelas VIII.B
SMP Islam Assiddiqy. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat nilai
ulangan harian siswa siklus II yaitu tercapainya ketuntasan belajar siswa
sebesar 87 %,
jika seorang guru mampu memberikan materi dengan bahasa dan memfasilitasi siswa
dalam berkolaborasi dengan teman kelas, hal ini dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi yang tepat maka siswa akan lebih mudah menerapkan metode
pembelajaran yang peneliti terapkan sehingga tercapailah apa yang diharapkan
oleh seorang guru yaitu ketuntasan belajar siswa baik secara klasikal maupun
secara individual
XIV. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pembahasan
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Melalui penerapan model pembelajaran collaborative learning dalam proses pembelajaran data aktivitas siklus akhir I diperoleh data hasil observasi
aktivitas belajar siswa aktivitas siswa 80 % yang termasuk dalam ketegori cukup
aktif. Meski dalam kategori cukup aktif namun dapat dilihat bahwa ada
peningkatan aktivitas belajar sebesar 8 %. Pada siklus akhir siklus II data
aktivitas belajar siswa meningkat hingga mencapai 88%.
2.
Adapun perolehan hasil belajar
siswa di siklus I dengan jumlah 23 siswa yang tuntas secara individu dengan persentase ketuntasan 77%
namun peningkatan terjadi pada siklus II dengan jumlah 26 siswa yang tuntas
secara individu dengan persentase ketuntasan secara klasikal mencapai 87 %. Hal
ini terbukti dengan hasil belajar siswa memenuhi ketuntasan hasil belajar
secara klasikal bahwa penerapan model
pembelajaran collaborative learning berhasil diterapkan
pada siswa kelas VIII.B SMP Islam Assiddiqy tahun pelajaran 2013/2014
|
Situbondo, Januari 2014
|
Pembimbing,
.....................................................
|
Mahasiswa,
ABDUL MUHYI
|
Mengetahui,
a.n Ketua Prodi P.IPS/EKONOMI
STKIP PGRI Situbondo
.......................................
..............
|
|
|
|
|
|
0 Response to "ABSTRAK LUAR UNTUK SKRIPSI"
Post a Comment