pengembangan metode ceramah dalam pembelajarn IPS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kegiatan belajar mengajar melibatkan
beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran,
isi pelajaran, metode mengajar, media dan melalui alat indera oleh orang
lain baik tutur katanya, motorik dan gaya
hidupnya. Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana seorang pengajar bisa
mengembangkan potensi SDM kegiatan pengajarannya dan potensi SDM siswanya
Peningkatan mutu pendidikan dalam
mewujudkan pendidikan nasional berkaitan erat dengan peningkatan mutu kegiatan
pembelajaran. Salah satu kunci keberhasilan kegiatan pembelajaran dikelas
ditentukan oleh keterampilan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran
diantaranya dengan menggunakan metode mengajar yang lebih bervariatif dan
penyampaian materi secara menarik agar siswa memperoleh pengetahuan dan
pemahaman secara optimal. Sehingga siswa dapat menemukan alasan-alasan rasional
untuk bersikap lebih positif terhadap mata pelajaran,termasuk materi pelajaran
IPS.
Dalam hal ini seorang pendidik harus memahami kedudukan
metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan
kegiatan belajar mengajar. Metode memiliki
peran yang sangat strategis dalam mengajar. Metode berperan sebagai rambu-rambu
atau “bagaimana memproses” pembelajaran sehingga dapat berjalan baik dan
sistematis. Bahkan dapat dikatakan proses pembelajaran tidak dapat berlangsung
tanpa suatu metode. Karena itu, setiap guru dituntut menguasai berbagai metode
dalam rangka memproses pembelajaran efektif, efesien, menyenangkan dan tercapai
tujuan pembelajaran yang ditargetkan. Secara implementatif metode pembelajaran
dilaksanakan sebagai teknik, yaitu pelaksanakan apa yang sesungguhnya terjadi
(dilakukan guru) untuk mencapai tujuan (Suprihadi
Saputro, 2004: 18).
Metode ceramah merupakan metode yang
sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini
selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor
kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala
dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga
dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi
pelajaran melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses
belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran
Ceramah (Wina Sanjaya, 2009: 76).
Metode ceramah yang monoton,
memanglah dirasakan sangat membosankan bagi para peserta didiknya, apalagi bila
disajikan dalam bentuk dongeng, yang berfungsi sebagai pengantar siswanya untuk
tidur di malam yang hening, bahkan kadang kala si pengajar melenceng dari
materi yang semestinya disampaikan.
Lalu bagaimana sebenarnya metode
ceramah yang baik dan menyenangkan dalam pembelajaran IPS? Dalam makalah ini
kami akan berusaha untuk memaparkan dan membahas masalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar latar belakang
yang telah disampaikan, rumusan masalah yang dapat diungkapkan adalah sebagai berikut
:
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran ?
2.
Kedudukan metode dalam Pembelajaran
3.
Pengembangan Metode Ceramah dalam
Pembelajaran IPS
4.
Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran
Ceramah
5.
Langkah-langkah Menggunakan Metode
Ceramah
6.
Kelebihan dan kelemahan metode
ceramah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode
Metode dapat diartikan sebagai satu
cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan,atau metode dikatakan
juga sebagai upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal.Dalam pembelajaran metode merupakan alat yang harus berorientasi pada
tujuan yang akan dicapai. Hal ini diungkapkan oleh Alipadie (1984:72).Cara atau
metode mengajar sebagai alat pencapaian tujuan, memerlukan pengetahuan tentang
tujuan itu sendiri, karena itu perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya
merupakan persyaratan penting sebelum seorang guru menentukan dalam memilih
metode mengajar yang tepat. Pemilihan metode mengajar yang tepat akan
menumbuhkan minat siswa, semakin banyak variasi metode mengajar yang diberikan
kepada siswa akan menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk mau belajar,
seperti yang diungkapkan oleh Alipadie (1984:72):“Cara mengajar yang
menggunakan teknik berbagai jenis dan dilakukan secara tepat dan penuh
perhatian oleh guru, akan memperoleh minat belajar para siswa dan karena itu
pula akan mempertinggi hasil belajar pada siswa”.
Menurut Surachman dalam suryosubroto
(1997:148), menyatakan bahwa: “metode pengajaran, adalah cara pelaksanaan
proses pengajaran atau saat bagaimana atau teknisnya sesuatu bahan pelajaran
diberikan kepada siswa atau murid-murid di sekolah”.
Berdasarkan pendapat tersebut
kemampuan mengajar dengan menggunakan metode yang tepat merupakan tuntunan yang
harus dipenuhi guru. Menurut Zuhairini (dalam Nasution, 2001:40), dalam memilih
metode mengajar seorang guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1. Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan
kemampuan pelajar.
2. Kemampuan pengajar dalam menggunakan metode
tersebut. Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan fasilitas yang
tersedia.
3. Kesesuaian metode mengajar yang digunakan dengan
lingkungan pendidikan.
4. Dalam proses belajar mengajar, penggunaan metode
mengajar tidaklah sama untuk setiap mata diklat, seperti
yang telah dijelaskan di atas bahwa metode mengajar tersebut harus sesuai
dengan kondisi yang ada. Penggunaan metode yang tidak tepat dalam proses
belajar mengajar akan menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk belajar atau
dapat menyebabkan siswa menjadi pelajar yang pasif, sehingga hasil belajar
rendah
B.
Kedudukan metode dalam Pembelajaran
1. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik.
Sebagai salah satu komponen
pengajaran,metode menempatkan peranan yang
tak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar.Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang
tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan
metode sebagai alat motifasi ekstrensik dalam kegiatan belajar
mengajar.Motifasi ekstrinsik menurut Sadirman,A.M (1988:90) adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsinya karena adanya peransang dari luar. Karena itu
metode berfungsi sebagai alat stimulus yang dapat membangkitkan gairah belajar
seorang.
2. Metode sebagai strategi pengajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar
tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu relative
lama.Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga
bermacam-macam,ada yang cepat,sedang,dan ada yang lamban.Faktor intelegensi
mempengaruhi daya serap anak,dan terhadap bahan pelajaran yang diberikan
menghendaki pemberian waktu yang bervariasi.sehingga penguasaan penuh dapat
tercapai.
Terhadap perbedaan daya serap anak
didik sebagaimana tersebut diatas,memerlukan strategi pengajaran yang
tepat.Metodelah salah satu jawabannya.Untuk sekelompok anak didik boleh jadi
mereka mudah menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode
demonstrasi,atau metode eksperimen.
Karena itu dalam kegiatan belajar
mengajar,guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara
efektif dan efesien.
3. Metode
sebagai alat mencapai tujuan.
Tujuan belajar mengajar tidak
akan pernah tercapai selama komponen lainnya tidak diperlukan, salah satunya
adalah komponen metode menurut Djamarah (2002:120).
Tujuan adalah suatu cita-cita yang
akan dicapai dalam kegiatan mengajar.Tujuan adalah pedoman yang memberi arah
kemana kegiatan belajar akan dibawa.Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar
mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah
dirumuskan,itu sama artinya dengan perbuatan yang sia-sia.
Tujuan dari kegiatan belajar
mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainya tidak
diperlukan.Salah satunya adalah komponen metode.Metode adalah salah satu alat
untuk mencapai tujuan,dengan memanfaatkan metrode secara akurat,guru akam mampu
mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju
tujuan.Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan
tertentu,maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan.Antara
metode dan tujuan jangan bertolak belakang.
.
C.
Pengembangan Metode Ceramah dalam Pembelajaran IPS
a.
Definisi metode ceramah
Ceramah merupakan salah satu bentuk
lain pengajaran ekspositori yang cendrung membuat siswa pasif atau tidak
aktif.Metode ini memang sangat berbeda dengan metode lainnya,seperti metode
pemecahan masalah,di mana kelompok aktif dalam belajar dan menyajikan
informasi. Salah satu kesulitan di dalam menggunakan metode ceramah adalah
tetap memelihara perhatian siswa. Masalah lain dengan metode ceramah adalah
banyaknya iswa yang sulit mengikuti tema yang diajarkan,bahkan ada yang
berpendapat bahwa harus ada latihan untuk mendengarkan dalam metode
ceramah,oleh sebab itu adalah bijaksana jika hal itu dainjurkan penggunaannya.
Metode ceramah yaitu sebuah metode
mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya
Strategi pembelajaran Ceramah
adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi
secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini
materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi itu. Materi pelajaran seakanakan sudah jadi. Karena strategi
Ceramah lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga
dinamakan strategi "chalk and talk" (Smith, E, 1997: 242).
Dalam situasi-situasi tertentu,
metode ceramah merupakan metode yang paling baik, tetapi dalam situasi lain
mungkin sangat tidak efisien. Guru yang bijaksana senantiasa menyadari
kondisi-kondisi yang berhubungan situasi pengajaran yang dihadapinya, sehingga
ia dapat menetapkan bilamanakah metode ceramah sewajamya digunakan, dan bilakah
sebaiknya dipakai metode lain. Tidak jarang guru menunjukkan kelernahannya,
karena ia hanya mengenal satu atau dua macam metode saja dan karenanya ia
selalu saja menggunakan metode ceramah untuk segala macam situasi. Kelemahan
ini juga merupakan salah satu sebab mengapa metode ceramah dikritik orang, dan
sering dirangkaikan dengan sifat verbalistis (kata-kata tetapi tidak mengerti
artinya).
Situasi di bawah ini sesuai untuk penggunaan
metode ceramah:
a.
Kalau guru akan menyampaikan fakta
atau pendapat dimana tidak terdapat bahan
bacaan yang merangkum fakta yang dimaksud.
Sebagai contob: di suatu kelas SMP, guru mengajarkan Sejarah terbentuknya candi
Borobudur . Di perpustakaan sekolah tidak
tersedia bukti yang menggambarkan sejarah candi tersebut. Maka tepatlah bila
guru memberikan penjelasan dengan metode ceramah.
b. Jika guru akan menyampaikan pengajaran kepada
sejumlah siswa yang besar (misalnya sekitar 75 orang atau lebih), maka metode
ceramah Iebih efisien dari pada metode lain seperti diskusi, demonstrasi atau
eksperimen. Sebab dengan diskusi, guru harus mengatur siswa berkelompok dengan
mengubah susunan kursi, sudah tentu dibutuhkan kelas yang besar. Juga guru akan
mengalami kesulitan dalam mengawasi kelompok-kelompok yang berjumlah besar.
Demikian pula untuk penyelenggaraan demonstrasi atau eksperimen untuk jumlah
besar, selain alat-alat yang tidak mencukupi, pengelolaan pengajaran juga
mengalami kesulitan.
c. Kalau guru adalah pembicara yang bersemangat
sehingga dapat memberi motivasi kepada siswa untuk mengerjakan suatu pekerjaan.
Dalam keadaan tertentu, sebuah pembicaraan yang bersemangat akan menggerakkan
hati siswa untuk menimbulkan tekad baru. Misalnya ceramah tentang sejarah
perjuangan bangsa Indonesia .
d. Jika guru akan menyimpulkan pokok-pokok penting
yang telah diajarkan, sehingga memungkinkan siswa untuk melihat lebih jelas
hubungan antara pokok yang satu dengan lainnya. Misalnya, setelah guru selesai
mengajarkan sejarah perjuangan bangsa, kepada para siswa ia memberi tugas untuk
menjawab beberapa pertanyaan yang dikerjakan dirumah. Kemudian pada pelajaran
berikutnya, guru membicarakan bersama tugas yang telah dikerjakan siswa, dan
guru menyimpulkan garis besar sejarah tersebut.
e. Kalau guru akan memperkenalkan pokok bahasan baru. Dalam sebuah kelas, siswa telah sampai pada bagian tata bahasa yang membicarakan tata kata. Untuk itu guru akan menjelaskan perbedaan antara fonetik dan fonemik dengan berbagai contoh.
e. Kalau guru akan memperkenalkan pokok bahasan baru. Dalam sebuah kelas, siswa telah sampai pada bagian tata bahasa yang membicarakan tata kata. Untuk itu guru akan menjelaskan perbedaan antara fonetik dan fonemik dengan berbagai contoh.
D. Prinsip
Penggunaan Strategi Pembelajaran Ceramah
a.
Berorientasi pada Tujuan
Walaupun penyampaian materi pelajaran
merupakan ciri utama dalam strategi pembelajaran Ceramah melalui metode
ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan
pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam
penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih
dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur.
Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam
bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang
harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan
yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi
pembelajaran. Memang benar, strategi pembelajaran Ceramah tidak mungkin dapat
mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk
menganalisis, mensintesis sesuatu, atau mungkin mengevaluasi sesuatu, namun
tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak perlu dirumuskan.
Justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggunakan strategi
Ceramah (Suprihadi Saputro, 2004: 89).
b. Prinsip Komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan
sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari
seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima
pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang
diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yaang ingin dicapai.
Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi
sebagai penerima pesan.
Bagaimanapun sederhananya, selalu
terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima
pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah
ditangkap oleh penerima pesan secara utuh. Sebaliknya, sistem komunikasi
dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap setiap
pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapat terjadi oleh
berbagai gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses
komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan
(siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin
disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses
penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting
untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap
guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu
proses komunikasi (Suprihadi Saputro,
2004: 90).
c. Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi
sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu, kita harus memosisikan
mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima
pelajaran. Jangan mulai kita sajikan mata pelajaran, manakala siswa belum siap
untuk menerimanya (Suprihadi Saputro, 2004:
90).
Dalam hal ini,
ada beberapa cara dan strategi guru sehingga siswa siap menerima pelajaran.
Pertama kita ciptakan suasana belajar yang nyaman sehingga siswa tidak merasa
tertekan dan merasa diwajibkan untuk menghadapi pelajaran; kedua, dalam
memberikan apersepsi, guru menyiapkan materi apersipsi yang menarik dan
kontekstual sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar siswa; ketiga, guru
meminta siswa untuk terlebih dahulu mempersiapkan materi yang akan diajarkan
dalam bentuk tugas mandiri yang dapat dikerjakan siswa di rumah dengan mencari
informasi dari lingkungan sekitar.
d. Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran Ceramah
harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih
lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga
untuk waktu selanjutnya. Ceramah yang berhasil adalah manakala melalui
proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium),
sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan
melalui proses belajar mandiri. Keberhasilan penggunaan strategi Ceramah
sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi
pelajaran (Suprihadi Saputro, 2004: 90).
E.
Langkah-langkah
Menggunakan Metode Ceramah
a. Pendahuluan / appersepsi
Tahap persiapan berkaitan dengan
mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ceramah , langkah
persiapan merupakan langkah yang sangat penting (Muhibbin Syah, 1995: 107).
Keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan strategi Ceramah sangat tergantung pada
langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di
antaranya adalah:
1) Berikan sugesti yang positif dan hindari
sugesti yang negatif.
2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang
harus dicapai.
3) Bukalah file dalam otak siswa
(Muhibbin Syah, 1995: 107).
Sedangkan menurut Smith (1997: 175).
Tahapan persiapan ini meliputi :
§ Merumuskan
tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran adalah proses yang bertujuan,
oleh sebab itu merumuskan tujuan yang jelas merupakan langkah awal yang harus
dipersiapkan guru. Apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
dengan ceramah berakhir.
§ Menentukan pokok-pokok materi yang akan
diceramahkan. Keberhasilan suatu ceramah sangat tergantung kepada tingkat
penguasaan guru tentang materi yang akan diceramahkan. Oleh karena itu, guru
harus mempersiapkan pokok-pokok materi yang akan disampaikan sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Dalam penentuan pokok-pokok ini juga
perlu dipersiapkan ilustrasi-ilustrasi yang relevan untuk memperjelas informasi
yang akan disampaikan.
Mempersiapkan alat bantu. Alat bantu sangat
diperlukan untuk menghindari kesalahan persepsi dari siswa. Alat bantu tersebut
misalnya dengan mempersiapkan transparansi atau media grafis lainnya untuk
meningkatkan kualitas ceramah.
b. Penjelasan / Menyajikan Materi Baru
Langkah penyajian adalah langkah
penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang
harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi
pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu: (1)
penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa,
dan (4) menggunakan joke-joke yang menyegarkan (Muhibbin Syah, 1995: 112)
Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus
dilakukan :
a) Langkah Pembukaan
Langkah pembukaan dalam metode
ceramah merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah
sangat ditentukan oleh langkah ini. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam langkah pembukaan ini (Muhibbin
Syah, 1995: 114).
b) Langkah Penyajian.
Tahap penyajian adalah tahap
penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah kita
berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian
siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk
menjaga perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan (Muhibbin Syah,
1995: 116). :
§ Menjaga kontak mata secara
terus-menerus dengan siswa. Kontak mata adalah suatu isyarat dari guru agar
siswa mau memperhatikan. Selain itu, kontak mata juga dapat berarti sebuah
penghargaan dari guru kepada siswa. Siswa yang selalu mendapatkan pendangan
dari guru aka merasa dihargai dan diperhatikan. Usahakan walaupun guru harus
menulis di papan tulis kontak mata tetap diperhatikan dengan tak berlama-lama
menghadap papan tulis atau dengna membuat catatan yang panjang di papan
tulis.
§ Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah
dicerna oleh siswa. Oleh sebab itu sebaiknya guru tidak menggunakan
istilah-istilah yang kurang popuer. Selain itu, jaga intonasi suara agar
seluruh siswa dapat mendengarnya dengan baik.
§ Sajikan materi pembelajaran secara sistematis,
tidak meloncat-loncat, agar mudah diatangkap oleh siswa.
1. Membangun minat
·
kemukakan cerita atau visual yang
menarik. Sajikan anekdot, cerita fiksi, kartun atau grafik yang dapat memenuhi
perhatian peserta didik terhadap apa yang anda kerjakan.
·
buatlah kasus masalah, kemukakan
suatu masalah di sekitar ceramah yang anda sampaikan.
·
tes pertanyaan, berilah
peserta didik sebuah pertanyaan, untuk mencari tahu apakah mereka sebelumnya
telah memiliki sedikit pengetahuan tentangnya sehingga mereka akan termotivasi
untuk mendengarkan ceramah anda
2.
Memaksimalkan pemahaman dan
ingatan
·
headlines, beri poin-poin utama
pada kata-kata kunci yang berfungsi sebagai sub hiding verbal atau alat bantu
ingatan.
·
contoh dan analogi, kemukakan
ilustrasi kehidupan nyata mengenai gagasan dalam ceramah dan jika mungkin
buatlah perbandingan antara materi anda dan pengetahuan dengan pengalaman yang
telah peserta didik alami.
·
alat bantu visual, gunakan flip-chart,
transparansi, handout singkat dan demonstrasi yang membantu siswa melihat dan
mendengarkan apa yang anda katakana
3.
Melibatkan peserta didik
selama ceramah
· tantangan spot, hentikan ceramah secara periodik
dan tantanglah peserta didik untuk memberi contoh dari konsep yang disajikan
untuk menjawab pertanyaan kuis spot.
· latihan-latihan yang memperjelas, seluruh
penyajian, selingi aktifitas-aktifitas singkat yang memperjelas poin-poin yang
anda buat
4. Memberi daya penguat ceramah
·
Aplikasi masalah, ajukan masalah
atau pertanyaan pada peserta didik untuk diselesaikan dengan didasarkan pada
informasi yang diberikan waktu ceramah.
·
review / mengulas siswa,
perintahkan siswa untuk saling mengulas ceramah satu dengan yang lainnya, atau
berilah mereka tes ulasan dengan menskor sen
5. Seorang guru harus menciptakan situasi belajar (class
orcestra) yang efektif, efisien dan menyenangkan bagi siswanya, karena dengan
senangnya itu, si anak akan mau belajar (khusunya dalam pembelajaran
matematika), dan menjadi pintar, bukan gurunya saja yang pintar.
6. Menggunakan
strategi yang tepat, jadi sang guru itu harus menguasai berbagai macam metode,
teknik, dan pendekatan, serta mempunyai keterampilan khusus dalam penyampaian
materi.
7. Kreatif, sehingga siswa tidak bosan, karena
terdapat inovasi dalam penyampaian materi.
8. Menggunalkan lebih dari satu metode, yang biasa kita sebut
‘Metode Ceramah ‘jadi dengan metode ceramah plus ini, kita dapat menggabungkan
metode ceramah dengan metode lainnya, seprti dengan metode diskusi, yang
disisipi tanya jawab dan metode simulasi sehingga siswa tidak pasif. Simulasi
sebagai variasi metode ceramah membantu siswa untuk memahami makna; melalui apa
yang disebut Socraticcintellectualization of data; melalui berfikir reflektif
sebagai alat untuk menghilangkan kebingungan, dan melaui upaya menemukan
sendiri makana dan kebenaran (discovery) kadangkala diperoleh pengalaman.
Lbih jauh lagi diskusi memungkinkan pertumbuhan kemampuan untuk belajar
(inquirie) . Yang lebih penting dari semua metode itu adalah adanya
kemungkinan yang disediakan oleh metode diskusi untuk berinteraksi antar siswa
dengan guru dan dengan kelompoknya. Dengan menvariasikan metrode ceramah
tersebut dengan metode mengajar lainnya diharapkan dapat meningkatkan
kemungkinan siswa untuk berdialog, berfikir, berpartisipasi, memilih untuk
tidak setuju, atau memiliki sikap toleransi terhadap ketidaksetujuan orang
lain. Hal-hal seperti itu merupakan diantara tujuan-tujuan penting pengajaran
IPS di sekolah. Intinya dengan rill method, siswa langsung mempraktekan sendiri
keterampilan yang sedang diajarkan, bagaimana cara membuatnya, menggunakannya,
apa manfaatnya dan sebagainya, dengan metode demonstrasi, yang langsung memperagakan
alat peraganya, dan banyak lagi metode yang dapat digabungkan dengan metode
ceramah, bahkan akan menjadi lebih banyak lagi jika anda sebagai calon guru
masa depan, memanfaatkan otak anda untuk berkreatifitas dalam menciptakan
teknik pembelajaran.
9. Memanfaatkan teknologi, penyajian ceramah
pastinya akan menjadi sangat menarik jika disajikan dengan bantun LCD, seorang
guru hanya membawa laptop, sambungkan ke LCD, muncullah bahan/materi-materi
yang akan disampaikan, jadi guru dapat menjelaskan semenarik mungkin kepada
siswa, yang tidak akan membuat siswa menjadi bosan dan mengantuk, dan tentunya
materi yang disampaikan menjadi lebih sistematis ,karena telah dirancang
sebelumnya.
F. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah :
Kelebihan :
a. Guru
menguasai arah pembicaraan seluruh kelas kalau kelas sedang berdiskusi,
sangatlah mungkin bahwa seorang siswa mengajukan pendapat yang berbeda dengan
anggota kelompok yang lain, hal ini dapat mempengaruhi suasana dan diskusi jadi
berkepanjangan bahkan sering menyimpang dari pokok bahasan. Tetapi pada metode
ceramah hanya guru yang berbicara, maka ia dapat menentukan sendiri arah
pembicaraan.
b. Organisasi kelas sederhana dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi guru adalah buku catatannya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam hal pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi dimana guru harus mengatur alat-alat. Atau dibandingkan dengan kerja kelompok, dimana guru harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas.
b. Organisasi kelas sederhana dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi guru adalah buku catatannya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam hal pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi dimana guru harus mengatur alat-alat. Atau dibandingkan dengan kerja kelompok, dimana guru harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas.
c. Dapat
menampung banyak siswa, sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama
untuk mendengarkan si pengajar, dan biaya pun menjadi relatif lebih murah.
d. Guru
dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang dianggap penting, sehingga waktu
dan energi dapat digunakan seefektif mungkin
e. Dapat menyelesaikan kurikulum/silabus dengan
lebih mudah dan lebih cepat.
f. Sangat
baik, jika terbatasnya jumlah buku dan alat peraga.
Kelemahan :
a. Guru
tak dapat mengetahui sampai dimana siswa telah mengerti pembicaraannya.
Kadang-kadang guru beranggapan bahwa kalau para siswa duduk diam mendengarkan
atau sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, berarti mereka telah mengerti apa yang
diterangkan guru. Padahal anggapan tersebut sering meleset, walaupun siswa
memperlihatkan reaksi seolah-olah mengerti, akan tetapi guru tidak mengetahui
sejauh mana penguasaan siswa terhadap pelajaran itu. Oleh karena itu segera
setelah ia berceramah, harus diadakan evaluasi, misalnya dengan tanya jawab
atau tes.
b. Kata-kata yang diucapkan guru, ditafsirkan lain oleh siswa. Dapat terjadi bahwa siswa memberikan pengertian yang berlainan dengan apa yang dimaksud oleh guru. Kiranya perlu kita sadari bahwa tidak ada arti yang mutlak untuk setiap kata tertentu. Kata-kata yang diucapkan hanyalah bunyi yang disetujui penggunaannya dalam suatu masyarakat untuk mewakili suatu pengertian. Misalnya: kata modul, bagi siswa SLTP Terbuka dan mahaiswa UT diartikan sebagai salah satu bentuk bahan belajar yang berwujud buku materi pokok. Sedangkan bagi para astronout, modul diartikan sebagai salah satu komponen dari pesawat luar angkasa. Itulah sebabnya maka setiap anak harus membentuk perbendaharaan bahasanya berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari. Selama ada persamaan pendapat antara pembicara dengan pendengar, maksud pembicaraan akan dimengerti oleh pendengar. Kalau guru menggunakan kata-kata abstrak seperti “keadilan”, “kepribadian”, “kesusilaan”, mungkin bagi setiap siswa tidak sama pengertiannya, atau sangat kabur mengartikan kata-kata itu. Lebih-lebih lagi bila kata-kata itu dirangkaikan dalam kalimat, akan semakin banyak kemungkinan salah tafsir dari pembicaraan guru. Itulah sebabnya mengapa sering terjadi siswa sama sekali tidak memperoleh pengertian apapun dari pembicaraan guru. Oleh karena itu bila guru ingin menjelaskan sesuatu yang kiranya masih asing bagi siswa, guru dapat menyertakan peragaan dalam caramahnya. Peragaan tersebut dapat berbentuk benda yang sesungguhnya, model-model dari benda, menggambarkan dengan bagan atau diagram di papan tulis.
b. Kata-kata yang diucapkan guru, ditafsirkan lain oleh siswa. Dapat terjadi bahwa siswa memberikan pengertian yang berlainan dengan apa yang dimaksud oleh guru. Kiranya perlu kita sadari bahwa tidak ada arti yang mutlak untuk setiap kata tertentu. Kata-kata yang diucapkan hanyalah bunyi yang disetujui penggunaannya dalam suatu masyarakat untuk mewakili suatu pengertian. Misalnya: kata modul, bagi siswa SLTP Terbuka dan mahaiswa UT diartikan sebagai salah satu bentuk bahan belajar yang berwujud buku materi pokok. Sedangkan bagi para astronout, modul diartikan sebagai salah satu komponen dari pesawat luar angkasa. Itulah sebabnya maka setiap anak harus membentuk perbendaharaan bahasanya berdasarkan pengalaman hidupnya sehari-hari. Selama ada persamaan pendapat antara pembicara dengan pendengar, maksud pembicaraan akan dimengerti oleh pendengar. Kalau guru menggunakan kata-kata abstrak seperti “keadilan”, “kepribadian”, “kesusilaan”, mungkin bagi setiap siswa tidak sama pengertiannya, atau sangat kabur mengartikan kata-kata itu. Lebih-lebih lagi bila kata-kata itu dirangkaikan dalam kalimat, akan semakin banyak kemungkinan salah tafsir dari pembicaraan guru. Itulah sebabnya mengapa sering terjadi siswa sama sekali tidak memperoleh pengertian apapun dari pembicaraan guru. Oleh karena itu bila guru ingin menjelaskan sesuatu yang kiranya masih asing bagi siswa, guru dapat menyertakan peragaan dalam caramahnya. Peragaan tersebut dapat berbentuk benda yang sesungguhnya, model-model dari benda, menggambarkan dengan bagan atau diagram di papan tulis.
c. Kegiatan
belajar mengajar akan mejadi tidak efektif, bahkan membosankan, karena tidak
adanya interaksi dalam kegiatan itu.
d. Terlalu
banyaknya materi yang di ceramahkan (disampaikan) akan membuat si anak tidak
mampu menguasai semua materi.
e. Pembelajaran melalui ceramah, cenderung lebih mudah
terlupakan dibanding dengan belajar dengan melakukan (learning to do).
f. Sistem pembelajaran si anak lebih ke arah
hafalan (rote learning), sehingga akan kebingungan bila ditanya pengertian dan
asal muasal suatu rumus misalnya dalam pembelajaran matematik.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode ceramah yaitu sebuah metode
mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. (Muhibbin Syah, 1995:
92). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling
ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan
paham siswa.
Secara filosofis, metode ceramah termasuk golongan
filsafat pendidikan Esensialisme,
dimana pendidikan/ sekolah
harus berdasar kepada yang esensial, yaitu fakta dan keterampilan yang sudah
teruji oleh pewarisan budaya, maka kurikulumnya tradisional.Ceramah merupakan
salah satu bentuk lain pengajaran ekspositori yang cendrung membuat siswa pasif
atau tidak aktif.
Metode mengajar yang bervariasi
perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktikkan pada saat mengajar.Pendidik yang
bijaksana dalam pelaksanaan pengajaran, selalu berfikir bagaimana
murid-muridnya, apakah murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan,
apakah murid mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman
dan kematangan anak, dan sebagainya.Pengajaran dengan metode yang efektif dan
menyenangkan, akan menghasilkan tujuan pembelajaran yang optimal.
B. Saran
1. Bagi
mereka yang terlibat dalam dunia keguruan, hendaknya secara antusias untuk
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya yang terkait baik langsung
maupun tidak langsung dalam dunia pendidikan, dan juga semakin memperbaiki
hubungan sosial, dan personal diri kita sendiri.
2. Meningkatkan gaya
pengajaran, dengan memahami berbagai metode, teknik, dan pendekatan yang sesuai
dengan kondisi.
3. Memanfaatkan teknologi, agar terdapat variasi dalam proses
belajar mengajar
DAFTAR PUSTAKA
Joyce Bruce.Weil Marsaha.Emily
Calhoun.2009.Models Of Teaching. Jogjakarta :Pustaka
Pelajar.
Martinis Yamin. 2007. Desain Pembelajaran
Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta :
Gaung Persada Press.
Bruning, R. Schraw, G. Ronning, R.
1999. Cognitive Psychology and Instruction3rd Ed. Prentice Hall
Nana Sudjana. 2009. Dasar-Dasar Proses
Belajar-Mengajar. Jakarta :
Sinar Baru Algensindo
Trianto,M.Pd.2009.Mendesain Model
Pembelajaran.Jakarta:Kencana Prenada Media Grup.
Syah Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan suatu
Pendekatan Baru. Bandung
: Remaja Rosda Karya.
Prof.Dr.H. Alma uchari,M.Pd.dkk,2009.Guru
Profesional (Menguasai Metode dan Trampil).Bandung.AMarno,M.pd,dan Idris
M,S.Si.2009.Strategi dan Metode Pengajaran.Jogjakarta:Ar-Ruz Media.
Dr.Sanjaya Wina,M.Pd.2008.Strategi Pembelajaran.Jakarta:Kencana
Prenada Media Grup.
0 Response to "pengembangan metode ceramah dalam pembelajarn IPS"
Post a Comment